Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ngobrolin PLTS Atap: Manfaat, Harga Beli PLN, Kebijakannya

11 Juli 2020   09:04 Diperbarui: 11 Juli 2020   08:54 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (solarmagazine)

Manfaat PLTS sebagai 'genset' dan pengurang tagihan

Tentu masih ingat kejadian tahun lalu, ketika ada pemadaman listrik bergilir di sistem Jawa Bali. Semua pelanggan terganggu aktivitasnya saat listrik tidak tersedia 24 jam, menyala bergilir. Pelanggan yang hanya mengandalkan listrik PLN, tentu ini menjadi dilema tersendiri. Jika memang harus ada listrik,  hanya genset yang bisa diandalkan sebagai pasokan listrik sementara. Itu pun kalau punya genset. Atau punya uang untuk membeli genset. Padahal gensetnya lebih banyak tidak gunakan sepanjang tahun, sayang sekali uang saat membeli-nya.

Belum lagi, genset ini kan mesin berputar, pasti ada polusi bunyi juga selain polusi udara dari pembakaran solar/bensin nya. Tidak nyaman bagi lingkungan sekitar.

Namun ini berbeda pada rumah atau kantor-kantor yang memasang PLTS di atapnya (rooftop solar PV), meski PLN padam, mereka masih bisa menikmati listrik. Apalagi listriknya juga disimpan dalam baterai, maka listriknya pun juga bisa digunakan, sekiranya pemadaman listriknya lama.

Kalau dipikir lebih jauh, sebetulnya PLTS atap ini ya sama seperti genset juga sifatnya. Apalagi dipasang sesuai dengan kapasitas daya langganan di PLN. Misalnya langganan 2.200 VA, PLTS atap yang dipasang juga setara, maka ini sudah mampu menjadi ‘genset’ menggantikan saat PLN padam. Apalagi biasanya padamnya PLN tidak terlalu lama.

"SAIDI adalah lama padam atau durasi padam listik yang dialami pelanggan. Sementara SAIFI adalah jumlah padam atau frekuensi padam yang dialami pelanggan. Pada tahun 2019 tercatat SAIDI sebesar 1.136 menit per pelanggan sedang SAIFI 11,51 kali per pelanggan," ungkap Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini, akhir Januari 2020, pada rapat dengan Komisi VII DPR RI.

Ini artinya dalam setahun per harinya hanya rata-rata 3 menit per pelanggan. Tentu ada yang mengalami lebih dari itu, atau bahkan sama sekali tidak merasakan pemadaman listrik.

PLTS atap sendiri mampu menghasilkan setidaknya 5 jam sehari saat matahari bersinar terang. Jika ini disimpan dalam baterai, tentu pemadaman yang 3 menit tadi bisa diabaikan, atau bahkan pada selama 2 jam pun, masih bisa digantikan oleh listrik dari PLTS ini.

Apalagi misalnya penggunaan listrik di rumah cukup besar, kehadiran PLTS atap ini akan sangat berperan mengurangi tagihan listrik, karena listrik dari PLN bisa dikurangin dengan adanya pasokan dari PLTS atap.

Masuk akalkah harga beli PLN terhadap listrik PLTS atap (feed in tariff)?

Masyarakat ada yang masih mengeluhkan mengapa PLN membeli listrik dari PLTS atap rumah, tidak sama harganya dengan saat membeli listrik dari PLN. Misalnya jika menggunakan listrik 10 kWh dari PLN, seharusnya pelanggan cukup mengirim listrik ke PLN sejumlah 10 kWh juga. Saat ini listrik dari pelanggan PLN yang memasang PLTS atap, dihargai 65% (feed in tariff). Jadi jika kalau pelanggan menggunakan 10 kWh dari PLN, maka pelanggan harus mengirim 15,4 kWh ke PLN, agar impas. Apakah harga ini cukup adil? Apakah hanya PLN yang menerapkan demikian?

Ternyata tidak. Ini memang hal yang lazim dilakukan perusahaan listrik di negara lain. Membeli listrik lebih murah dari pelanggannya. Karena perusahaan kan masih harus mengirimkan listrik tadi pada konsumen yang tidak memiliki PLTS atap, ada investasi jaringan listrik, trafo, biaya pegawai, dan lainnya. Ini kan menyebabkan biaya tambahan bagi perusahaan listrik semisal PLN.Ini menjadi salah satu pertimbangan mengapa cuma dihargai 65%. 

Coba kita lihat bagaimana pengaturan feed in tariff di Australia yang saat ini telah memiliki sekitar 12,2 Gigawatt PLTS atap yang terpasang pada rumah-rumah masyarakat.

Tarif listrik di Australia relatif mahal, pada range antara 24 – 33 cent A$/kWh. Jika dirupiahkan, Rp. 10ribu per Dollar Australia, maka ini sekitar Rp. 2400 – 3300 per kWh. Tarif pelanggan 1300 VA PLN, hanyalah sekitar Rp. 1500 per kWh. Tarif disana masih lebih mahal dari tarif PLN.

Lalu bagaimana perusahaan listrik membeli listrik PLTS atap di Australia? Ada namanya tarif feed-in PLTS atap (solar feed in tariff) yaitu besaran harga yang dibayarkan oleh perusahaan penyedia listrik untuk energi listrik yang dikirim (diekspor) oleh konsumen pada jaringan. Kita sebut saja FiT, berkisar antara  3 – 21 cent A$/kWh tergantung pada masing-masing retail. Jika dibandingkan, rasio antara FiT dan Tarif listrik konsumen berkisar antara 8% - 68%.

Berikut rangkuman tarif listrik dan feed in tariff di Australia:

Feed in Tariff di Australia (dokpri)
Feed in Tariff di Australia (dokpri)

Ini jika dengan kebijakan saat ini, bahwa PLN membeli pada rasio 65%, masih jauh lebih baik. Mengingat di Australia, dibawah 65% pun ada, tergantung pada perusahaan listrik disana. FiT diatur secara sukarela oleh masing-masing perusahaan listrik (retail), yang masing-masing berbeda pada tiap retail. Namun pelanggan berkesempatan memilih berlangganan pada retail yang menawarkan harga terbaik bersamaan dengan memilih tarif listrik yang ditawarkan. Tetapi poin pentingnya bahwa harga FiT di Indonesia, yaitu harga beli PLN masih masuk akal dan dapat diterima.

Kebijakan untuk mendorong masyarakat memasang PLTS Atap di Australia

Yang menarik dari Pemerintah Australia, mereka membuat kebijakan, agar masyarakat tertarik memasang PLTS atap dirumahnya. Kebijakan tersebut antara lain:

  • New South Wales (NSW) :  Pemerintah negara bagian NSW memberikan dukungan pada instalasi sampai dengan 300 ribu rumah tangga di wilayahnya, dengan kebijakan ‘The Empowering Homes Program ‘ maka masyarakat mendapat fasilitas pinjaman tanpa bunga untuk pembelian sistem solar PV terintegrasi baterai.
  • Victoria: Pemerintah negara bagian Victoria melalui kebijakan ‘The Solar Homes Program’ menawarkan pada 1000 rumah tangga, potongan harga hingga 4.838 AUD untuk pembelian sistem solar PV terintegrasi baterai, untuk periode 2019-2020.
  • South Australia:  Pemerintah negara bagian South Australia melalui kebijakan ‘The Home Battery Scheme’ menawarkan pada  40,000 rumah tangga, subsidi sampai dengan 6.000 AUD untuk pembelian sistem solar PV terintegrasi baterai.

Tidak heran jika pertumbuhan jumlah pelanggan yang memasang PLTS atap di Australia melaju sangat pesat. Ini tentu sangat baik bagi lingkungan, semakin banyak konsumsi listrik yang bersumber dari PLTS atap, maka semakin berkurang batubara atau gas yang dibakar, semakin sedikit pula polusi karbon di udara.

Sekiranya memungkinkan, Indonesia juga bisa melakukan hal yang dilakukan Australia. Jika sejumlah dana dialokasikan dalam APBN untuk mensubsidi pembelian panel surya, sehingga harganya bisa terjangkau, maka akan semakin banyak masyarakat tertarik memasangnya di rumah masing-masing. 

Tautan referensi: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun