Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Energi Surya Masa Depan Indonesia

14 Juni 2020   07:21 Diperbarui: 16 Juni 2020   07:11 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeliharaan PLTS (paparan Edward/dokpri)

Webinar Kolaborasi PPI Cambridge dan PPI ACT Australia

Penyediaan energi yang ramah lingkungan tentu menjadi arah masa depan energi dunia. Pada Kesepakatan Paris (Paris Agreement) tahun 2015 bahwa masing-masing negara harus melakukan pengurangan emisi karbon, sebagai upaya mengendalikan laju pemanasan global. 

Indonesia juga menjanjikan pengurangan 29% hingga 41 persen pada tahun 2030 nanti. Data tahun 2017 mencatat bahwa 49% emisi karbon Indonesia bersumber dari sektor energi, dan 21% nya berasal dari pembangkitan listrik. Indonesia punya peluang besar mengurangi emisi di sektor energi ini, khususnya pembangkitan listrik. 

Namun demikian, banyak beredar keraguan, apa iya PLTS (solar PV) mampu mencukupkan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Apakah potensinya ada, berapa harganya, bagaimana solusi intermittensinya, bagaimana caranya?  

Trilemma Energi memberi panduan bahwa tidak boleh mengabaikan aspek lingkungan diluar aspek keamanan pasokan dan pemerataan penyediaan listrik. Energi fosil tentu tidak memenuhi aspek lingkungan. Energi terbarukan yang ramah lingkungan menjadi jawaban trilema energi ini. 

Pembangkit listrik tenaga surya atau pembangkit listrik tenaga angin yang sebetulnya paling ramah lingkungan. Harganya yang sudah murah dan akan semakin murah. Tidak perlu menggunakan lahan hutan sebagaimana panas bumi (geothermal) atau hydro (PLTA). Tidak perlu menenggelamkan desa disekitar waduk sebagaimana pembangunan PLTA. 

Namun demikian, banyak beredar keraguan, apa iya PLTS (solar PV) mampu mencukupkan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Apakah potensinya ada, berapa harganya, bagaimana solusi intermittensinya, bagaimana caranya? 

Untuk menjawab keraguan itu, Sabtu, 13 Juni 2020, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Cambridge berkolaborasi dengan PPI ACT Australia berinisiatif menyelenggarakan seminar online (webinar) dengan tema besar 'Masa Depan Energi Indonesia: Energi Surya'. Dalam seminar ini dibahas mulai dari teknologi pembuatan sel surya, teknologi baterai, teknologi operasi dan pemeliharaan, hingga bagaimana konteks situasi pemanfaatannya di Indonesia terkini dan kedepannya.

Dokumentasi peserta (dokpri)
Dokumentasi peserta (dokpri)
Webinar yang diselenggarakan dengan menggunakan aplikasi Zoom ini semula hanya menargetkan 90 peserta. Namun melihat animo pendaftar yang tinggi. Akhirnya ditambah jumlah pesertanya, menjadi total pendaftar sekitar 250 orang. Panitia mencatat bahwa peserta yang hadir pun bervariasi. Ada yang dengan latar belakang pendidikan s3, s2, s1, juga SMA. Ada yang masih mahasiswa, ada profesi peneliti, pengajar, bahkan dosen pun berpartisipasi. Luar biasa ternyata animo untuk membahas energi di Indonesia.

Komposisi peserta Webinar Energi Surya (PPI Cambridge/ dokpri)
Komposisi peserta Webinar Energi Surya (PPI Cambridge/ dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun