Webinar Kolaborasi PPI Cambridge dan PPI ACT Australia
Penyediaan energi yang ramah lingkungan tentu menjadi arah masa depan energi dunia. Pada Kesepakatan Paris (Paris Agreement) tahun 2015 bahwa masing-masing negara harus melakukan pengurangan emisi karbon, sebagai upaya mengendalikan laju pemanasan global.Â
Indonesia juga menjanjikan pengurangan 29% hingga 41 persen pada tahun 2030 nanti. Data tahun 2017 mencatat bahwa 49% emisi karbon Indonesia bersumber dari sektor energi, dan 21% nya berasal dari pembangkitan listrik. Indonesia punya peluang besar mengurangi emisi di sektor energi ini, khususnya pembangkitan listrik.Â
Namun demikian, banyak beredar keraguan, apa iya PLTS (solar PV) mampu mencukupkan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Apakah potensinya ada, berapa harganya, bagaimana solusi intermittensinya, bagaimana caranya? Â
Trilemma Energi memberi panduan bahwa tidak boleh mengabaikan aspek lingkungan diluar aspek keamanan pasokan dan pemerataan penyediaan listrik. Energi fosil tentu tidak memenuhi aspek lingkungan. Energi terbarukan yang ramah lingkungan menjadi jawaban trilema energi ini.Â
Pembangkit listrik tenaga surya atau pembangkit listrik tenaga angin yang sebetulnya paling ramah lingkungan. Harganya yang sudah murah dan akan semakin murah. Tidak perlu menggunakan lahan hutan sebagaimana panas bumi (geothermal) atau hydro (PLTA). Tidak perlu menenggelamkan desa disekitar waduk sebagaimana pembangunan PLTA.Â
Namun demikian, banyak beredar keraguan, apa iya PLTS (solar PV) mampu mencukupkan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Apakah potensinya ada, berapa harganya, bagaimana solusi intermittensinya, bagaimana caranya?Â
Untuk menjawab keraguan itu, Sabtu, 13 Juni 2020, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Cambridge berkolaborasi dengan PPI ACT Australia berinisiatif menyelenggarakan seminar online (webinar) dengan tema besar 'Masa Depan Energi Indonesia: Energi Surya'. Dalam seminar ini dibahas mulai dari teknologi pembuatan sel surya, teknologi baterai, teknologi operasi dan pemeliharaan, hingga bagaimana konteks situasi pemanfaatannya di Indonesia terkini dan kedepannya.
Webinar yang diselenggarakan dengan menggunakan aplikasi Zoom ini semula hanya menargetkan 90 peserta. Namun melihat animo pendaftar yang tinggi. Akhirnya ditambah jumlah pesertanya, menjadi total pendaftar sekitar 250 orang. Panitia mencatat bahwa peserta yang hadir pun bervariasi. Ada yang dengan latar belakang pendidikan s3, s2, s1, juga SMA. Ada yang masih mahasiswa, ada profesi peneliti, pengajar, bahkan dosen pun berpartisipasi. Luar biasa ternyata animo untuk membahas energi di Indonesia.