Banyak warga Indonesia pasti akrab dengan istilah "Lo jual!? Gua beli!" apalagi kite-kite yang anak Betawi, istilah ini sering kali digunakan dalam pergaulan sehari-hari di Jakarta, terutama di kampung-kampung kita diBetawi (istilah yang berasal dari masyarakat "Betawi" yang merupakan masyarakat inti Jakarta) untuk membuktikan kemampuan seseorang.
Bahkan sampe klo jadi di jual bisa langsung di "borong". Semua itu adalah baik apabila kembali ke kiprah awal kita yang sudah siap dan mumpuni. Klo istilah lainnya : Seri aja ogah apalagi kalah! ini yang harus kita camkan di saat kita berhadapan dengan fakta dan keseharian kita yang harus terlebih dahulu di wujudkan ke kiprah awal dan dasarnya.
Bukannya malah "menantang". Sikap "menantang" inilah yang lebih banyak di hasilkan dari karakter yang "sombong" "takabur" di tambah ugal-ugalan. Salah kaprah? inilah yang terjadi di saat "kebajikan" bukan di jadikan "pijakan" untuk melangkah! ibarat kata, bukannya "untung" malah "buntung".
Bagaimana jika istilah tersebut diaplikasikan pada BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di Indonesia? Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa BUMN yang mengalami kerugian besar, bahkan hingga mencapai triliunan rupiah. Namun, ada juga BUMN yang masih berhasil bertahan dan terus berkembang.
Artikel ini aye buat yang merupakan bagian dari analisis Manajemen di Balik Masalah Indofarma,Kimia Farma dan ANTAM (ini 3 BUMN yang baru ketauan belum yang kita kaga tau padahal ketiga-tiganya perusahaan masuk bursa!) layaknya Sebuah Tinjauan Kritis.
Penurunan kinerja raksasa farmasi Indonesia, Indofarma dan Kimia Farma, telah menimbulkan kekhawatiran serius tentang praktik manajemen dalam perusahaan-perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ini.
Artikel ini membahas tantangan finansial dan operasional yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan ini, menghubungkannya dengan prinsip-prinsip manajemen inti yang mungkin telah diabaikan.
Bayangin aje! sebuah "legend" usaha (perusahaan) yang di mulai secara korporasi dari tahun 1918 bukannya perusahaan ini menjadi salah satu kebanggan kita masuk ke dalam minimal 100 perusahaan terbesar dunia, kok ini malah kedodoran! jatuh! nyungsep! mo mati lagi! Indofarma (Kode emiten: IDX: INAF) dengan adanya Masalah Keuangan dan Strategi yang "amburadul" Kinerja keuangan Indofarma dalam beberapa tahun terakhir sangat mengkhawatirkan. Pada semester pertama tahun 2023, perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar Rp120,3 miliar, dengan penjualan turun menjadi Rp445,7 miliar dari Rp904,9 miliar pada tahun sebelumnya [oai_citation:1,BUMN Indofarma (INAF) Rugi Rp120,3 Miliar Semester I/2023, Penjualan Turun](https://market.bisnis.com/read/20230803/192/1681130/bumn-indofarma-inaf-rugi-rp1203-miliar-semester-i2023-penjualan-turun).
Penurunan tajam ini dapat dikaitkan dengan beberapa kegagalan strategis dan operasional:
1. Misalignemen Strategis: Perubahan model bisnis Indofarma dari Business-to-Consumer (B2C) menjadi Business-to-Business (B2B) bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan produksi. Namun, tingkat pemanfaatan pabrik perusahaan tetap rendah pada kisaran 24-25%, jauh di bawah target 60% pada akhir 2023 [oai_citation:2,BUMN Indofarma (INAF) Rugi Rp120,3 Miliar Semester I/2023, Penjualan Turun](https://market.bisnis.com/read/20230803/192/1681130/bumn-indofarma-inaf-rugi-rp1203-miliar-semester-i2023-penjualan-turun). Ini menunjukkan ketidaksesuaian antara tujuan strategis dan kapabilitas operasional.
2. Mismanajemen Keuangan: Masalah arus kas Indofarma diperburuk oleh ketidakmampuan mengelola utang secara efektif. Perusahaan terlibat dalam beberapa sengketa hukum terkait utang yang belum dibayar, termasuk penyelesaian besar sebesar Rp36,9 miliar pada tahun 2023 untuk menghindari kebangkrutan [oai_citation:3, Kronologi Skandal Indofarma: Rugi Terus, Digugat PKPU dan Fraud - Korporasi Katadata.co.id ](https://katadata.co.id/finansial/korporasi/661549f927a3c/kronologi-skandal-indofarma-rugi-terus-digugat-pkpu-dan-fraud).
3. Inefisensi Operasional: Kesulitan perusahaan dalam mempertahankan tenaga kerja yang stabil dan membayar gaji tepat waktu menunjukkan inefisiensi operasional yang parah dan perencanaan keuangan yang buruk. Ini tidak hanya mempengaruhi moral karyawan tetapi juga produktivitas dan reputasi keseluruhan perusahaan [oai_citation:4, Kronologi Skandal Indofarma: Rugi Terus, Digugat PKPU dan Fraud - Korporasi Katadata.co.id ](https://katadata.co.id/finansial/korporasi/661549f927a3c/kronologi-skandal-indofarma-rugi-terus-digugat-pkpu-dan-fraud).
Indopharma, Kimia Farma, dan ANTAM menjadi beberapa BUMN yang mengalami kerugian besar dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, masih banyak BUMN lainnya yang belum terungkap kerugian atau keuntungannya.
Kerugian yang dialami BUMN tersebut tentu saja berdampak pada perekonomian Indonesia, mengingat BUMN merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional.
Kesalahpahaman Umum tentang BUMN Indonesia
Seiring dengan perkembangan zaman, BUMN Indonesia semakin dikenal oleh masyarakat. Namun, masih banyak kesalahpahaman umum tentang BUMN yang perlu diketahui. Berikut adalah beberapa kesalahpahaman umum tentang BUMN Indonesia:
1. BUMN adalah perusahaan milik pemerintah
Salah satu kesalahpahaman umum tentang BUMN Indonesia adalah bahwa BUMN adalah perusahaan milik pemerintah. Padahal, meskipun pemerintah memiliki saham mayoritas pada BUMN, namun tidak semua saham BUMN dimiliki oleh pemerintah. Beberapa saham BUMN dimiliki oleh masyarakat atau investor lainnya.
2. BUMN selalu mendapat keuntungan
Kesalahpahaman umum lainnya adalah bahwa BUMN selalu mendapat keuntungan. Padahal, seperti perusahaan lainnya, BUMN juga mengalami kerugian. Beberapa BUMN bahkan mengalami kerugian yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir.
3. BUMN tidak efisien
Kesalahpahaman umum lainnya adalah bahwa BUMN tidak efisien. Padahal, BUMN juga memiliki standar efisiensi yang harus dipenuhi. Beberapa BUMN bahkan telah menerapkan berbagai inovasi dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
4. BUMN tidak berkembang
Kesalahpahaman umum lainnya adalah bahwa BUMN tidak berkembang. Padahal, BUMN juga terus mengembangkan bisnisnya dengan memperluas pasar dan menambah produk baru. Beberapa BUMN bahkan telah berhasil memasuki pasar internasional.
Dalam kesimpulannya, BUMN Indonesia memiliki kesalahpahaman umum yang perlu diketahui oleh masyarakat. Dengan mengetahui kesalahpahaman tersebut, masyarakat dapat lebih memahami peran dan fungsi BUMN Indonesia dalam perekonomian nasional.
Berikut masih bagian dari studi kasus sambungan dari apa yang kita sudah dapat pelajari dari Indopharma di atas;
Kinerja Keuangan
Indofarma merupakan salah satu BUMN farmasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2024, Indofarma mengalami masalah keuangan yang signifikan. Perseroan gagal membayar utang dan berstatus Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara (PKPU-S) 12. Masalah keuangan ini berdampak pada karyawan yang belum menerima gaji karena dana operasional yang tidak mencukupi.
Dalam laporan keuangan Indofarma, terlihat bahwa beban pokok penjualan pada tahun 2020 sebesar Rp 5,89 triliun dan meningkat menjadi Rp 6,34 triliun pada tahun 2021 1. Namun, pendapatan bersih perseroan turun dari Rp 1,83 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 1,52 triliun pada tahun 2021 1.
Isu Strategis
Indofarma saat ini sedang menghadapi isu strategis terkait restrukturisasi perusahaan. Perseroan harus melakukan upaya restrukturisasi untuk mengatasi masalah keuangan dan memperbaiki kinerja perusahaan. Saat ini, kegiatan operasional perseroan masih berjalan meskipun dalam status PKPU-S 2.
Indofarma juga harus memperkuat posisi di pasar farmasi Indonesia yang semakin kompetitif. Persaingan di pasar farmasi semakin ketat karena adanya persaingan dari perusahaan farmasi asing dan domestik. Oleh karena itu, Indofarma harus meningkatkan inovasi produk dan memperkuat branding untuk memenangkan persaingan di pasar farmasi
Sama halnya untuk Studi Kasus dengan Kimia Farma
Kimia Farma: Kesulitan Beradaptasi Kimia Farma, pemain besar lainnya dalam industri farmasi Indonesia, menghadapi tantangan serupa. Perusahaan melaporkan penurunan besar dalam laba bersih, kesulitan beradaptasi dengan dinamika pasar yang berubah setelah pandemi.
1. Adaptasi Pasar: Ketidakmampuan Kimia Farma untuk dengan cepat beradaptasi dengan permintaan pasar yang berubah setelah pandemi merupakan masalah signifikan. Penurunan permintaan produk terkait COVID-19 tanpa peralihan ke sumber pendapatan lain telah merugikan profitabilitas perusahaan.
2. Tata Kelola Perusahaan: Masalah terkait tata kelola perusahaan juga menjadi sorotan. Pengawasan efektif dan panduan strategis sangat penting dalam menghadapi tantangan finansial dan operasional, dan setiap kekurangan di sini dapat memperburuk masalah yang ada.
3. Manajemen Pemangku Kepentingan: Kedua perusahaan kesulitan dalam mempertahankan hubungan positif dengan pemangku kepentingan, termasuk karyawan, kreditor, dan pasar yang lebih luas. Komunikasi dan manajemen pemangku kepentingan yang efektif sangat penting di masa krisis, dan kekurangan dalam area ini telah memperparah masalah mereka.
Penanganan Produk
Kimia Farma adalah salah satu BUMN farmasi terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam produk kesehatan, mulai dari obat-obatan hingga alat kesehatan. Namun, pada 2023, Kimia Farma mengalami kerugian sebesar Rp 1,82 triliun. Perusahaan ini membeberkan sejumlah penyebab kerugian tersebut, salah satunya adalah penanganan produk yang kurang baik.
Kimia Farma harus memperbaiki penanganan produknya agar dapat meminimalkan kerugian dan mempertahankan kepercayaan pelanggan. Perusahaan ini harus meningkatkan kualitas produk dan memastikan bahwa produk tersebut aman dan efektif digunakan.
Dampak Sosial Ekonomi
Kerugian yang dialami oleh Kimia Farma dapat berdampak pada sosial ekonomi di Indonesia. BUMN farmasi ini memiliki peran penting dalam menyediakan obat-obatan dan alat kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Jika Kimia Farma mengalami kerugian yang besar, maka dapat berdampak pada ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan di Indonesia.
Selain itu, kerugian yang dialami oleh Kimia Farma juga dapat berdampak pada kinerja perusahaan dan karyawan. Jika perusahaan tidak dapat mempertahankan keuntungan, maka dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan dan posisi pekerjaan karyawan.
Oleh karena itu, perlu adanya tindakan yang tepat dari pihak Kimia Farma untuk meminimalkan kerugian dan mempertahankan kepercayaan pelanggan serta menjaga keberlangsungan perusahaan.
Dalam artikel ini Studi Kasus terakhir : ANTAM
Kebijakan Pemerintah
Meskipun ANTAM telah berhasil menjadi salah satu raksasa bisnis BUMN Indonesia, perusahaan ini masih menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal kebijakan pemerintah.
Salah satu kebijakan pemerintah yang mempengaruhi bisnis ANTAM adalah kebijakan ekspor mineral mentah. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang melarang ekspor mineral mentah dan mewajibkan produsen mineral untuk memproses mineral mentah menjadi produk yang lebih bernilai tambah di dalam negeri.
Kebijakan ini mempengaruhi bisnis ANTAM karena perusahaan ini harus memproses mineral mentah menjadi produk bernilai tambah di dalam negeri sebelum bisa diekspor. Hal ini membutuhkan biaya yang lebih besar dan mengurangi keuntungan perusahaan.
Namun, meskipun menghadapi beberapa tantangan, ANTAM tetap menjadi salah satu raksasa bisnis BUMN Indonesia yang sukses dan terus berkembang. Perusahaan ini terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam industri pertambangan dan pengolahan mineral logam di Indonesia.
Keruntuhan BUMN: Analisis Penyebab dan Dampak
Analisis Penyebab
Beberapa faktor penyebab keruntuhan BUMN di Indonesia antara lain adalah manajemen yang buruk, korupsi, dan ketidakmampuan bersaing dengan perusahaan swasta. Manajemen yang buruk dapat terjadi karena adanya praktik nepotisme dan politisasi dalam pengangkatan pejabat di BUMN. Selain itu, korupsi juga menjadi penyebab utama kerugian BUMN dan merusak citra perusahaan di mata masyarakat.
Selain itu, BUMN juga seringkali kesulitan bersaing dengan perusahaan swasta karena kurangnya inovasi dan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan pasar. BUMN juga seringkali terbelenggu oleh regulasi yang ketat dan birokrasi yang kompleks, sehingga sulit untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.
Dampak terhadap Ekonomi Nasional
Keruntuhan BUMN memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap ekonomi nasional. Dampak yang paling terlihat adalah hilangnya lapangan kerja dan berkurangnya kontribusi BUMN terhadap perekonomian nasional. Selain itu, keruntuhan BUMN juga dapat memicu krisis keuangan dan merusak kepercayaan investor terhadap perekonomian nasional.
Namun, dampak keruntuhan BUMN tidak hanya bersifat negatif. Keruntuhan BUMN juga dapat memicu reformasi dan perbaikan manajemen di BUMN, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan. Selain itu, keruntuhan BUMN juga dapat membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk mengisi kekosongan pasar yang ditinggalkan oleh BUMN.
Masalah yang dihadapi oleh Indofarma,Kimia Farma dan ANTAM dapat dikaitkan dengan beberapa prinsip manajemen kunci:
1. Penyelarasan Strategis:
Memastikan bahwa tujuan strategis perusahaan selaras dengan kapabilitas operasionalnya sangat penting. Kedua perusahaan perlu menilai kembali strategi mereka untuk memastikan bahwa mereka realistis dan dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia.
2. Kehati-hatian Keuangan: Manajemen keuangan yang efektif, termasuk pengelolaan arus kas yang ketat dan penanganan utang yang bijaksana, sangat penting. Kedua perusahaan harus menerapkan kontrol keuangan yang kuat untuk mencegah mismanajemen dan memastikan keberlanjutan.
3. Efisiensi Operasional: Meningkatkan efisiensi operasional melalui perencanaan yang lebih baik dan pemanfaatan sumber daya dapat secara signifikan meningkatkan kinerja. Menyederhanakan proses dan berinvestasi dalam teknologi untuk mengoptimalkan operasi bisa bermanfaat.
4. Tata Kelola yang Efektif: Praktik tata kelola perusahaan yang kuat sangat penting untuk memberikan arah strategis dan pengawasan. Ini termasuk memiliki dewan direksi yang kompeten, mekanisme akuntabilitas yang jelas, dan praktik pelaporan yang transparan.
5. Manajemen Pemangku Kepentingan: Mempertahankan hubungan positif dengan semua pemangku kepentingan, melalui komunikasi dan keterlibatan yang jelas, dapat membantu menavigasi melalui krisis lebih efektif. Ini termasuk menjaga karyawan tetap terinformasi dan termotivasi, berhubungan dengan kreditor secara proaktif, dan menjaga kepercayaan pasar.
Masalah keuangan dan operasional yang dihadapi oleh Indofarma,Kimia Farma, ANTAM menyoroti pentingnya mematuhi prinsip-prinsip manajemen inti.
Dengan menyelaraskan kembali strategi mereka, meningkatkan manajemen keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperkuat tata kelola perusahaan, perusahaan-perusahaan ini dapat membalikkan nasib mereka dan mendapatkan kembali stabilitas.
Langkah Strategis untuk Pemulihan BUMN
BUMN Indonesia harus mengambil langkah strategis untuk memulihkan bisnis mereka dan meningkatkan kinerja mereka di masa depan. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diambil oleh BUMN untuk mencapai tujuan ini:
1. Peningkatan Tata Kelola dan Manajemen Risiko
Peningkatan tata kelola dan manajemen risiko adalah langkah strategis pertama yang harus diambil oleh BUMN. Kementerian BUMN harus meningkatkan tata kelola dan manajemen risiko BUMN agar dapat mengurangi risiko dan meningkatkan kinerja BUMN. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan.
2. Restrukturisasi dan Penyehatan BUMN
Restrukturisasi dan penyehatan BUMN adalah langkah strategis kedua yang harus diambil oleh BUMN. Langkah ini dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap struktur organisasi dan operasional BUMN. Setelah itu, BUMN dapat melakukan restrukturisasi dan penyehatan dalam bidang infrastruktur dan sektor karya.
3. Monetisasi Aset BUMN
Monetisasi aset BUMN adalah langkah strategis ketiga yang dapat diambil oleh BUMN. Dalam hal ini, BUMN dapat menjual aset properti mereka atau melakukan partnership dengan investor melalui mekanisme yang sudah ditetapkan. Kementerian BUMN telah menunjuk Danareksa untuk melakukan akselerasi kinerja BUMN melalui monetisasi aset perusahaan-perusahaan BUMN.
Dengan mengambil langkah-langkah strategis ini, BUMN dapat memulihkan bisnis mereka dan meningkatkan kinerja mereka di masa depan. Kementerian BUMN dan manajemen BUMN harus bekerja sama untuk mencapai tujuan ini.
Penulis David Darmawan adalah mantan direktur utama termuda perusahaan masuk bursa di Indonesia pada tahun 2007. PT Redland Asia Capital Tbk. (IDX: PLAS).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H