Tapi, tanpa dukungan yang kuat dan nyata dari pemimpin kita, kebudayaan ini bisa saja berakhir hanya menjadi catatan kaki dalam sejarah Jakarta. Saya, sebagai seorang yang berkecimpung dalam bisnis yang berbasis kearifan lokal dan para budayawan serta aktivis yang masih gigih berjuang, memandang ini sebagai momen kritis.
Jakarta perlu lebih dari sekedar pembangunan fisik; ia membutuhkan pemimpin yang bisa membawa Jakarta tidak hanya melangkah ke depan, tapi juga menggali ke dalam—ke dalam akar-akarnya yang kaya, untuk memastikan bahwa budaya Betawi tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang.
Ini bukan hanya soal siapa yang akan memimpin, tapi bagaimana mereka akan memimpin. Dan untuk Jakarta, jawabannya harus lebih dari sekedar politis; harus kultural, harus otentik. Maka, saatnya kita, sebagai masyarakat, lebih vokal dan militan dalam menuntut pemimpin yang benar-benar paham dan menghargai kekayaan budaya kita. Jangan sampai Lebaran Betawi berikutnya hanya menjadi kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H