Hasil kajian lingkungan hidup sudah resmi diumumkan. Sudah tersebar di berbagai media. Media cetak, online, elektronik. Semua memuatnya. Semua bisa membacanya.
Tim Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) bentukan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) sudah memberikan solusi sementara.
Seperti keinginan Jokowi untuk membentuk tim KLHS, yang terdiri dari para ahli di bidang lingkungan untuk mencari solusi terbaik, bukan untuk mencari siapa yang kalah, siapa yang menang.
Pasca keluarnya hasil kajian KLHS, hasil rumusan oleh orang-orang mumpuni, polemik ruwet nan panjang mengenai status beroperasinya pabrik milik PT Semen Indonesia di Rembang seharusnya sudah semakin jelas.
KLHS memutuskan dalam Kajian Tahap 1 yang diumumkan pada tanggal 12 April lalu agar penambangan kapur di daerah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih belum dapat dilakukan, hingga ada keputusan status CAT Watuputih dapat ditambang atau tidak.
Solusi itu lah yang kini berusaha ditaati perusahaan semen plat merah tersebut yaitu dengan tidak menambang di CAT Waputih. Bahkan sebetulnya, hal tersebut sudah dilakukan sejak pabrik perusahaan BUMN ini berdiri pada Desember tahun lalu. PT Semen Indonesia Tbk, memang belum pernah menambang sama sekali di sana meski pabriknya sudah berdiri kokoh. Mereka tetap mematuhi peraturan untuk menunggu lampu hijau dari pemerintah.
Tapi harus diakui, meskipun ditolak beberapa pihak, Semen Indonesia juga banyak dinanti-nanti oleh begitu banyak warga di lima desa yang berbatasan langsung dengan wilayah operasional pabrik. Tidak ada satu pun alasan untuk bisa menafikkan kenyataan bahwa ribuan masyarakat di lima desa yang dekat dengan operasional pabrik tersebut sudah begitu bergantung dan berharap akan kehidupan yang lebih baik atas mata pencaharian alternatif di Rembang yang terkenal dengan kemiskinannya.
Ya, Rembang saat ini merupakan kabupaten paling miskin ketiga di Jawa Tengah setelah Wonosobo dan Kebumen (Sumber). Angka kemiskinan Rembang mencapai 20,97% dengan angka pengangguran terbuka mencapai 5,23%. Di tingkat pengangguran terbuka, dari angkatan kerja 350-an ribu, yang masih belum mendapat kerja 5,23 persen. Angka ini fluktuatif, tetapi ada kecederungan menurun mulai 2011,” imbuh Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Rembang Hari Susan. (Sumber).
Apalagi, menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, pabrik semen di Rembang bisa menyerap tenaga kerja sampai 1.600 orang (sumber). Itulah kenapa, banyak yang berharap dari pengoperasian pabrik semen di Rembang. Ujung-ujungnya cuma PHP alias Pemberi Harapan Palsu.
Bagaimana tidak PHP, Semen Indonesia sudah terlanjur membangun embung untuk pengairan irigasi masyarakat.
Ratusan rumah sudah dipasangkan pipa air agar tidak perlu lagi repot mengambil air dengan cara manual. Sekolah diperbaiki dan dibangun, masjid dibangun. Para lulusan sekolah mendapat kesempatan bekerja di lingkungan dekat kampung mereka, tidak perlu lagi merantau. Harapan muncul akan menurunnya angka pernikahan dini.
Akan tetapi, bagaimanapun Tim KHLS telah memberikan solusi terbaik. Dan untuk pilihan yang terbaik pula, Semen Indonesia harus rela mengambil bahan tambang di luar areal tambang, sembari menunggu dan mendukung kajian lanjutan ilmiah untuk mengetahui batasan fisiografi antara Zona Kendeng, Zona Randublatung, dan Zona Rembang. Efeknya, perusahaan BUMN yang digadang-gadang sebagai perusahaan yang bisa mengisi kas negara kala masa sulit ini pun harus mengeluarkan biaya lebih untuk menutup biaya operasionalnya.
Operasional pabrik tetap berjalan demi mempertahankan karyawannya yang sudah direkrut. Keresahan pasti dialami para karyawan yang sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar. Mereka juga kena PHP. Bayangkan ketika pertama kali mereka diterima bekerja di Semen Indonesia, harapan dari pihak keluarga muncul.
Betapa keren dan menjanjikannya dapat bekerja di sebuah perusahaan BUMN, perusahaan semen pula.
Tapi ketika keputusan MA harus menutup pabrik, raut wajah mereka berubah. Mereka harus hitung ulang alokasi dana untuk kebutuhan keluarga dari gaji yang diterima. Masa depan terombang-ambing, menunggu strategi selanjutnya dari pihak manajemen. Padahal, hal itu bukan kesalahan dari karyawan maupun manajemen Semen Indonesia.
Bagaimanapun, Inilah solusi terbaik yang bisa PT Semen Indonesia berikan. Tragis memang. Mematuhi rekomendasi pemerintah (KLHS) pada satu sisi, namun tidak melepas tanggung jawab dan tetap memberikan perhatian yang besar terhadap masyarakat sekitar tempat mereka akan beroperasi, pada sisi yang lain.
Tanpa mempedulikan lagi tentang arti, seberapa besar kerugian yang harus mereka tanggung, Pabrik Semen Indonesia di Rembang tetap beroperasi.
sumber :
http://mataairradio.com/berita-rembang/rembang-masih-jadi-kabupaten-paling-miskin-se-pati-raya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H