Pati: Kok?
Kadiwono: Protes. Karena warga desa saya banyak yang kerja di proyek itu. Kita sekarang nganggur. Di Rembang itu kerjaan susah mas. Pabrik Semen itu bisa kasih kita kerjaan.
Pati: Lho Pak, saya ke Jakarta mau protes tentang kampung di Rembang yang mau dijadikan Pabrik Semen
Kadiwono: Kenapa Bapak protes?
Pati: Pabrik Semen punya negara itu merusak tanah warga. Mengambil air. Bapak tidak takut hal tersebut?
Kadiwono: Lho, pabrik semen sudah menjamur sejak tahun 1995 Pak, tidak ada kasus warga kehausan sampai sekarang. Makanya warga desa Sukolilo tidak protes. Kami bersukur ada pabrik semen disana, apalagi akhirnya ada Semen punya negara.
Pati: Lho saya dengar justru pada protes pak karena banyak warga Samin yang protes.
Kadiwono: Dari saya kecil, tidak ada warga Samin di Kampung saya. Warga Samin itu di Kendeng. Kami hidup di Rembang. Kendeng dan Rembang beda Pak
Pati: Lho Pak, kalau ada Pabrik Semen disana, bisa makin miskin Bapak dan warga desa.
Kadiwono: Kami akan makin miskin kalau tidak ada pabrik Semen disana. Kami ingin ada alternatif pekerjaan Pak. Dulu kami cuma bertani. Semangat sekolah tidak ada karena percuma sekolah tinggi kalau ujungnya jadi petani kecil kecuali kalau kita mau pergi merantau ke Jakarta. Kalau ada pabrik Semen disana, kami jadi  semangat sekolahin anak-anak, ada alternatif pekerjaan, kami ndak usah merantau ke kota besar lagi. Lagipula Pak, saya tidak percaya negara bakal makan warganya sendiri yang sudah kerja di proyek Semen ini. Kalau benar-benar merusak, pasti banyak daerah di Indonesia yang berisik dengan adanya Semen punya negara Pak
Pati: ....