Mohon tunggu...
David Andrea
David Andrea Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Semen dan Pak Kadiwono

18 April 2017   14:32 Diperbarui: 18 April 2017   14:55 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pati: Kok?

Kadiwono: Protes. Karena warga desa saya banyak yang kerja di proyek itu. Kita sekarang nganggur. Di Rembang itu kerjaan susah mas. Pabrik Semen itu bisa kasih kita kerjaan.

Pati: Lho Pak, saya ke Jakarta mau protes tentang kampung di Rembang yang mau dijadikan Pabrik Semen

Kadiwono: Kenapa Bapak protes?

Pati: Pabrik Semen punya negara itu merusak tanah warga. Mengambil air. Bapak tidak takut hal tersebut?

Kadiwono: Lho, pabrik semen sudah menjamur sejak tahun 1995 Pak, tidak ada kasus warga kehausan sampai sekarang. Makanya warga desa Sukolilo tidak protes. Kami bersukur ada pabrik semen disana, apalagi akhirnya ada Semen punya negara.

Pati: Lho saya dengar justru pada protes pak karena banyak warga Samin yang protes.

Kadiwono: Dari saya kecil, tidak ada warga Samin di Kampung saya. Warga Samin itu di Kendeng. Kami hidup di Rembang. Kendeng dan Rembang beda Pak

Pati: Lho Pak, kalau ada Pabrik Semen disana, bisa makin miskin Bapak dan warga desa.

Kadiwono: Kami akan makin miskin kalau tidak ada pabrik Semen disana. Kami ingin ada alternatif pekerjaan Pak. Dulu kami cuma bertani. Semangat sekolah tidak ada karena percuma sekolah tinggi kalau ujungnya jadi petani kecil kecuali kalau kita mau pergi merantau ke Jakarta. Kalau ada pabrik Semen disana, kami jadi  semangat sekolahin anak-anak, ada alternatif pekerjaan, kami ndak usah merantau ke kota besar lagi. Lagipula Pak, saya tidak percaya negara bakal makan warganya sendiri yang sudah kerja di proyek Semen ini. Kalau benar-benar merusak, pasti banyak daerah di Indonesia yang berisik dengan adanya Semen punya negara Pak

Pati: ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun