Mohon tunggu...
David Andrea
David Andrea Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Obrolan Siang tentang Semen Rembang

18 April 2017   09:00 Diperbarui: 18 April 2017   09:23 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari  Gunarko, seorang aktivis level antar kota antar provinsi diwilayah Pantura, yang sering membicarakan mengenai pergerakan kaum tertindas berteriak di depan komplek rumahnya.

"Pemerintah telah mengabulkan permohonan para petani di Rembang sana untuk membatalkan pembangunan pabrik semen, Ini kemenangan petani, ini kemenangan alam!! Joss!!"

Sekejap, warga komplek yang berlokasi di luar ibukota negara Gemah Ripah ini pun berkumpul mengerubungi Gunarko. Tak terkecuali Dudung, pemuda komplek yang dikenal skeptis kepada orang-orang, tiba-tiba menimpali kegirangan dan keheroikan Gunarko.

Dudung : "Bukannya belom selesai ya Gun?"

Gunarko: "Sudah selesai! Kamu baca berita hari ini Dung, pengumuman langsung dari Kantor Staf Presiden Gemah Ripah Loh Jinawi"

Dudung : "Gua udah baca, isinya pemerintah mau bikin kajian lagi kan, kalo ga salah paling lama sampe setaun kedepan"

Gunarko: "Lho, tapi kan yang penting pabrik semen ga jadi jalan, tambang kapur gak jadi, petani bisa bertani lagi, alam ga dirusak!"

Dudung : "Jadi..tapi nanti, kalo Kajian KLHS tahap kedua udah selesai dan Kementrian ESDM selesai mengkaji juga. Kamu tuh aktivis kok baca informasinya gak utuh."

Gunarko: "Kok kamu belain semen sih Dung? Kamu gak peduli lingkungan ya? Kamu tega Dung ngeliat warga Rembang makan semen?"

Dudung : "Kok sampeyan naik darah turun berok Gun? Aku cuma sampein fakta kok. Aku tetep cinta lingkungan, tapi aku gak mau nuduh orang sembarangan tanpa fakta"

Warga yang melihat adu mulut antara Dudung yang slengean dan Gunarko yang lagi semangat '45 pun semakin banyak. Sebagian akamsi (anak kampung sini) mulai pesen kopi dan pisang goreng dingin di warung kopi Mak Kasir, tapi ngebon dulu sambil taruhan diantara dua mahluk itu siapa yang menang. Anak-anak kecil yang tadinya main COC pun mulai duduk melihat Gunarko yang disanggah oleh orang paling skeptis dan slengean di komplek itu.

Gunarko: "Dung, kamu tahu kan pabrik semen punya pemerintah itu berdiri diatas tanah kapur"

Dudung : "Tahu, trus ?"

Gunarko: "Kamu tahu kan pabrik semen itu berdiri diatas Cekungan Air Tanah?"

Dudung : "iya Tahu ?

Gunarko: "Itu dilarang Dung! Ada Peraturan Menterinya"

Dudung : "Tapi di peraturan menteri yang ada, itu wilayah ga disebut sebagai wilayah terlarang buat ditambang atau dibangun pabrik kok"

Gunarko: "Kamu gak baca dengan teliti berarti"

Dudung : "Justru kamu yang ga baca, coba liat di Kepmen 2641/K 40 Tahun 2014. Disitu ga disebut Cekungan Watu Putih sebagai sumber atau sungai bawah tanah kok"

Gunarko: "Tapi Dung, penelitian terbaru bilang itu ada kawasan Cekungan Air Tanah  Watu Putih"

Dudung : "Penelitian yang mana?"

Gunarko: "Penelitian yang dilakukan mandiri!"

Dudung : "Mandiri Bank?? Penelitian mandiri itu tanggung jawabnya kesiapa, sponsornya siapa, pelaksananya siapa? ESDM aja bilang ga ada air tanah disitu. ESDM jelas, tanggung jawab penelitiannya kesiapa. Lha kalo penelitian mandiri kesiapa tanggung jawabnya?"

Warga mulai bisik-bisik...... pada gak ngerti. Bapak-bapak yang awalnya sedang merokok didepan rumah dan tadinya ngomongin D'Academi mulai diam-diam mendengarkan sang aktivis beradu pendapat dengan anak yang dikenal slengean tapi gak rame ini

Gunarko : "Masa bodo, yang penting KLHS sudah bilang tidak boleh menambang disitu"

Dudung  : "Gun, coba lihat rilisnya, disitu tidak ada larangan, hanya disuruh menunda dulu kegiatan untuk menambang. Lagian kan tuh perusahaan belom produksi juga      apalagi penambangan. Belom dikasih intruksi juga. Sekarang kan intinya KLHS bakal kerja lagi. Dibantu ESDM"

Gunarko : "Bagus, selama dia bekerja lagi, harus kita awasi jangan sampe pemerintah ikut-ikutan bela korporat"

Dudung: "Tuh kan, nuduh sembarangan lagi."

Gunarko: "Pasti begitu, aku feeling.."

Dudung  : "Gun, sekarang gantian deh aku yang nanya"

Gunarko : "Kamu mau nanya apa Dung?"

Dudung  : "Kamu tahu kalau di wilayah Semen Negara yang ada di Rembang itu, sudah jadi wilayah penambangan semen sejak 1995? Waktu Liverpool juara Liga Inggris terakhir kalinya"

Gunarko : "......"

Dudung  : "Kamu tahu, ada 21 perusahaan semen di wilayah Cekungan Watu Putih yang kamu dan teman-teman kamu lindungi itu?"

Gunarko : "......"

Dudung: "Kamu tahu kalau sekarang ada 15 perusahaan semen baru yang sedang nunggu kasus ini untuk bisa daftar di lokasi Semen Negara"

Gunarko: "......"

Dudung  : "Kalau kamu mau berlaku adil, coba adil dulu mulai dari dalam pikiran, baru kamu juga adil dalam perbuatan, kamu harusnya juga bantu untuk usir 21 perusahaan lain juga"

Gunarko : "..... Sek..sek aku mikir dulu"

Dudung  : "Gun, kalau mau adil dalam pikiran, kamu mestinya lihat dulu semuanya. Kamu siap ga untuk usir 21 pabrik lain?"

Gunarko : "Kalau semuanya diusir, kita bangun rumah pake apa Dung?"

Dudung  : "Katanya kamu mau bela pertanian warga, bela hak air warga, kok kamu malah mikirin diri sendiri"

Gunarko : "Tapi kan Pabrik Semen dibangun diatas CAT Watu Putih, Dung"

Dudung: "Iya, memang."

Gunarko: "Nah itu salah Dung!"

Dudung: "Salah bagaimana? Watu Putih kan dibagi jadi dua wilayah, wilayah budidaya dan wilayah lindung. Semen Negara ada di Wilayah Lindung. Coba baca Perda Kabupaten Rembang No.14 Tahun 2011"

Gunarko: "....."

Dudung  : "Kamu tahu ga kalau di Cibinong dan Sukabumi sana juga ada gunung kapur yang ditambang, gak perlu jauh-jauh ke Rembang? Kamu harusnya protes ke mereka juga lah. Belain warga disana. Jangan pilih-pilih. Selama ini kamu kemana aja Gun, yang jauh tahu yang dekat gak tahu?"

Gunarko : "Ya tapi kan KLHS kemarin sudah menyatakan wilayah itu gak bisa ditambang, kamu cinta lingkungan gak sih?"

Dudung  : "kamu sudah baca rekomendasi KLHS selengkapnya?"

Gunarko : "Belum. Tapi nanti warga disana ga punya air bersih lagi Dung!"

Dudung: "Kamu udah baca laporan tahunan Semen Indonesia untuk wilayah Rembang belum? Disitu ada embung, pipa, mck, dan segala macemnya?"

Gunarko: "Gak ada warga yang suka dengan pabrik semen di wilayah mereka Dung!"

Dudung: "Kamu tau Semen Padang? Punya Semen Negara juga itu, kok 107 tahun berdiri ga ada yang protes. Kamu yang fans Semen Padang kok gatau klo klub bola idola kamu itu dibiayai Semen"

Gunarko: "...."

Dudung  : Ya sudah, sana baca selengkapnya, jangan karena benci, karena gelap mata kamu abai fakta, aku cinta lingkungan tapi aku gak mau abai sama fakta"

Semua warga diam mendengar argumen Dudung, lalu seorang ibu-ibu dengan logat betawi kentel menyelesaikan perdebatan ini.

"Gunarko, Dudung ngomong lu kayak paling bener bedua, sehari-hari cuma ngejogrok di pos ronda, oncom sama pisang gorengnya kapan dibayar? "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun