Mohon tunggu...
David Andrea
David Andrea Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini 3 Prediksi tentang Nasib Semen Rembang

12 April 2017   13:05 Diperbarui: 12 April 2017   13:28 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Semen Indonesia dan para pelaku industri semen pasti sedang harap-harap cemas menanti keputusan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terkait pembangunan pabrik dan tambang semen di Rembang, Jawa Timur.

Sudah hampir satu tahun polemik pembangunan pabrik dan tambang semen di Rembang ini menjadi isu sexy nan panas. Dan memang semen adalah komoditi yang amat berharga di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Apalagi Indonesia lagi gencar-gencarnya membangun infrastruktur, dan warga Indonesia yang 240 juta orang semuanya butuh rumah, yang pastinya butuh semen.

SEKILAS DUNIA PER-SEMEN-AN DI INDONESIA

Kebutuhan semen di Indonesia diprediksi bisa mencapai 120 juta ton semen per tahun di tahun 2017. Proyeksi ini memang menarik bagi pelaku bisnis. Semuanya perusahaan, BUMN, Swasta Nasional dan Swasta Asing, berbondong-bondong ke Indonesia mencari peruntungan di dunia per-semen-an Indonesia. http://www.jurnas.com/artikel/14574/Seberapa-Besar-Kebutuhan-Semen-di-Indonesia/

Sayangnya meskipun Indonesia kita ini kaya akan bahan dasar utama semen, batu kapur dan tanah liat, perusahaan, BUMN kita tidak menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Fakta ini ditunjukan oleh proporsi penguasaan pasar semen di Indonesia yang 66%-nya dikuasai oleh perusahaan swasta dan swasta asing. Sedangkan BUMN nasional kita hanya kebagian 34% pangsa pasar saja. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/902555-produksi-semen-ri-banyak-dikuasai-asing

Ironis memang, ketika pemerintah sedang memperkuat infrastruktur dalam negeri dan semen, sebagai bahan utama konstruksi kehadirannya sangat diharapkan, tapi BUMN-nya sekarang malah 'digebukin'. Dikepung perusahaan semen asing, termasuk swasta nasional yang saham mayoritasnya dimiliki asing.

http://telusur.metrotvnews.com/news-telusur/9K57v8Bb-mengendus-aroma-persaingan-di-rembang

Disayangkan langkah Semen Indonesia untuk ekspansi pasar melalui penambahan kapasitas produksi lewat pembangunan pabrik semen dan tambang baru sudah digagalkan sekali di Pati, yang sekarang ajaibnya di Pati tetap beroperasi pabrik dan tambang semen dibawah penguasaan PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. (INTP) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh investor asal Jerman.

Ok pembahasan soal ajaibnya kasus di Pati ini kita simpan buat nanti ya... Saya ingin mencermati apa kira-kira yang bisa menjadi keputusan KLHS dan dampaknya bagi BUMN semen negeri kita dan bagi warga Rembang.

MENURUT ANALISIS SAYA…

Paling tidak ada tiga.. ya tiga skenario hasil KLHS tekait polemik semen Rembang.

SATU, Jika KLHS memutuskan pabrik dan tambang kedua-duanya dibatalkan dan tidak diijinkan untuk berada dan beroperasi di Rembang. Jika ini yang terjadi maka dampak sosialnya akan cukup menggetarkan jiwa dan raga, khususnya bagi 3.282 orang pekerja pabrik dan 6.075 orang tim proyek dan kontraktor yang terlibat pembangunan pabrik dan tambang. Mereka akan yang kena tamparan langsung dan pertama karena akan kehilangan mata pencahariannya. FYI, 1.009 orang dari pekerja pabrik dan 1.236 orang pekerja kontraktor dan tim proyek adalah warga asli Rembang. Belum lagi entah bagaimana nasib kelanjutan program kemitraan bagi 523 mitra binaan dan 800 orang tenaga kerjanya. Lalu entah apa jadinya juga kelanjutan pembangunan 2 embung yang rencananya akan membantu memasok air bersih bagi 1.623 KK dan irigasi bagi 78,94 hektar lahan pertanian. Lalu di skenario pertama ini, Semen Indonesia harus merelakan USD 300 juta atau setara dengan lebih dari Rp. 4 trilyun investasi mereka untuk pembangunan pabrik dan tambang, plus Rp. 45 milyar realisasi dana CSR yang telah disalurkan ke warga Rembang dalam 3 tahun terkahir. Uang melayang, pabrik melayang, tambang melayang. Malah harus nambah biaya buat bongkar pabrik dan peralatan canggih ramah lingkungan yang sudah siap operasi itu. Kasihaaannn deh lo Semen Indonesia.

Lebih kasihan lagi BUMN kita ini kalo di masa depan ada kompetitor swasta asing mengajukan AMDAL baru di Rembang dan dikasih ijin tanpa drama-drama penolakan seperti waktu kejadian di Pati (ehh… episode Pati ini nanti ya.. biar penasaran).

Oke… lanjut..

Skenario DUA. Jika pabrik dan tambang diberikan restu jalan terus oleh KLHS. Nah.. kalo saya jadi Semen Indonesia, ini memang skenario yang paling diharapkan. Karena gak akan sia-sia USD 300 juta atau investasi mereka untuk pembangunan pabrik dan tambang, plus Rp. 45 milyar realisasi dana CSR yang telah disalurkan ke warga Rembang dalam 3 tahun terkahir. Dengan beroperasinya semen dan tambang Rembang, Semen Indonesia bisa nambah kapasitas produksi mereka sebesar 3 juta ton per tahun. Untungnya buat Indonesia, kita semakin dekat ke cita-cita kita untuk berswasembada semen. Gak perlu lagi banyak-banyak impor semen lagi dari Thailand, Tiongkok or negara lain. Mending beli sama perusahaan milik negeri sendiri dunk ya pastinya. Cintailah produk-produk Indonesia!! (bukan iklan nih tapi beneran)  http://www.neraca.co.id/article/83146/indonesia-harus-swasembada-semen

Dan… last but not least..

Skenario TIGA. Jika KLHS meloloskan pabrik yang memang sudah keburu dibangun, tapi tambangnya gak boleh di Rembang harus cari dan pindah ke daerah lain. Ini mungkin gak ideal bagi yang “protes” maupun bagi Semen Indonesia. Tapi coba kita bedah pake logika sederhana, apa kejadiaannya kalo skenario tiga ini kejadian. Pabrik semen milik Semen Indonesia ini mungkin tidak bisa langsung beroperasi karena bahan bakunya lum ada.. Wong tambangnya disuruh cari dan pindah ke tempat lain. Jadi pabriknya nganggur donk. Pabriknya nganggur, nasib pekerjanya gimana ya? Kalo pun harus operasional, Semen Indonesia terpaksa harus cari bahan baku dari tempat lain. Nambah ongkos dah. Niat mau dukung pemerintah Indonesia untuk mempercepat pembangunan infrastruktur Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), malah jadinya nombok ongkos datangkan bahan baku dari tempat lain. Terus warga gimana? Menurut saya, dalam skenario ini warga harus bersabar, jangan minta CSR banyak-banyak dan nuntut dipekerjakan di pabrik. Wong Semen Indonesia-nya juga lagi nombok bin rugi.

Jadi gimana donk? Dari tiga skenario itu mana yang paling bagus dan ideal? Semuanya memang ada di tangan KLHS. Yang jelas semua pihak berharap Pemerintah bisa memfasilitasi seluruh pemangku kepentingan dan mengambil jalan tebaik bagi perusahaan, warga sekitar, pelestarian lingkungan dan tentu saja masa depan industri semen dan cita-cita swasembada semen Indonesia.

Satu catatan penting adalah kita harus hormati segala keputusan pemerintah dan hasil kajian KLHS Sekarang, tinggal menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya setelah kisruh ini selesai.

Jadi selanjutnya, kita bahas ajaibnya kasus semen di Pati nih ya? Penasaran? Apa penasaran bangettt nich? ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun