Jakarta - Kasus pembunuhan yang melibatkan seorang anak terhadap orang tuanya kembali mencuri perhatian publik. Peristiwa yang terjadi baru-baru ini mengguncang hati masyarakat Indonesia dan mengundang pertanyaan besar: apakah nilai-nilai luhur Pancasila masih menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari?
Menurut informasi yang dihimpun, kasus ini bermula dari perselisihan dalam keluarga yang berujung pada tindakan kekerasan fatal. Pelaku, yang seharusnya menjadi harapan keluarga, justru berubah menjadi pelaku kejahatan keji. Insiden ini menunjukkan bahwa konflik internal yang tidak diselesaikan dengan baik dapat memicu tindakan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan norma sosial.
Pancasila dan Lunturnya Nilai Kemanusiaan
Pancasila, sebagai ideologi bangsa, mengandung nilai-nilai yang relevan untuk menjaga harmoni dalam keluarga dan masyarakat. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan pentingnya menghargai martabat setiap individu. Namun, kasus ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tersebut kerap diabaikan, terutama ketika komunikasi yang sehat dalam keluarga terputus.
Psikolog keluarga, Andini Kusuma, menyebut bahwa pergeseran pola komunikasi dalam keluarga modern menjadi salah satu penyebab utama retaknya hubungan emosional antar anggota keluarga. "Orang tua dan anak sering kali sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga kehilangan momen untuk saling memahami. Ketika konflik muncul, kemampuan untuk menyelesaikannya secara dewasa juga minim," jelas Andini.
Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila
Kasus ini menyoroti urgensi penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila di berbagai lini, mulai dari keluarga hingga sekolah. Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa nilai-nilai Pancasila perlu terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar dihafalkan.
"Anak-anak perlu diajarkan tentang pentingnya rasa hormat kepada orang tua, toleransi, dan cara menyelesaikan konflik dengan dialog. Ini semua ada dalam nilai-nilai Pancasila," tegas Yudian.
Pendidikan karakter berbasis Pancasila juga harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pemerintah dapat memperkuat program-program edukasi, sementara masyarakat diharapkan menciptakan lingkungan yang mendukung pengamalan nilai-nilai tersebut.
Momentum Refleksi
Kasus ini seharusnya menjadi pengingat bagi semua pihak untuk memperkuat kembali pengamalan Pancasila. Guru besar sosiologi Universitas Indonesia, Dr. Rina Kartika, menyatakan bahwa tragedi ini tidak hanya menjadi persoalan hukum, tetapi juga mencerminkan krisis nilai dalam masyarakat.
"Kita perlu menjadikan Pancasila sebagai fondasi dalam membangun hubungan antarindividu, baik di keluarga maupun di lingkungan sosial yang lebih luas. Jika nilai-nilai itu diterapkan, konflik destruktif bisa dicegah," ujar Rina.
Peran Media dan Publik
Sebagai salah satu pilar demokrasi, media juga memiliki tanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila. Publik pun perlu aktif mengambil bagian dengan menumbuhkan budaya saling peduli dan menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Kasus pembunuhan orang tua oleh anak ini adalah peringatan serius bagi bangsa Indonesia. Ini bukan hanya soal pelanggaran hukum, tetapi juga hilangnya esensi nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi identitas kita sebagai bangsa. Sudah saatnya kita kembali memaknai dan menghidupkan Pancasila, mulai dari unit terkecil yaitu keluarga, hingga ke seluruh lapisan masyarakat.
Dengan menanamkan nilai-nilai luhur bangsa, kita tidak hanya mencegah tragedi serupa terjadi lagi, tetapi juga membangun masa depan Indonesia yang lebih beradab, damai, dan harmonis.
Artikel ini dibuat untuk memenuhi Tugas mata kuliah Dasar Negara Pancasila,
Prodi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan ,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan S1,
Universitas Pamulang,
Nama mahasiswa :
1. David Andriansah (NIM 241011500086)
2. Qodrat Paradise (NIM 241011500140)
Kelas 01”PPKM001 Regular B.
Dosen Pengampu :
Dr. Herdi Wisman Jaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H