Musibah Sekaligus Tantangan
Ada sebuah musibah yang harus kutangani. Berawal dari pemberitahuan bahwa tempat tinggalku bersama 23 kepala keluarga lain akan diambil alih oleh Pemerintah. Padahal rerata para sesepuh sudah menempati huniannya sejak 1970 secara sah, memang ada kesalahan fatal yang dilakukan oleh ketua perhimpunan warga yang menyebabkan hak atas tempat tinggal kami jadi tersandera. Apa mau dikata nasi sudah jadi bubur, ketua meninggal dunia penuh penyesalan dan aku didapuk jadi ketua selanjutnya melalui penunjukkan oleh Menteri terkait.
Jadilah sat set -- sat set kesana kemari bersama seorang rekan, sementara yang lain entah saking putus asanya sudah lumpuh layuh.
Mengerjakan urusan ini membuatku membangun kompetensi berurusan dan bernegosiasi dengan Pemerintah sementara dilain pihak jadi ingat ucapan Buya Hamka, "Sebaik-baiknya orang, ialah yang bermanfaat bagi khalayak."
Pulang Kampung Membuka Peluang
Sembari sat-set mengurus masalah itu, adik ketiga yang mukim di suatu desa Jawa Tengah mengundang liburan ke sana serta menawarkanku tinggal di sana jika memang harus meninggalkan rumah Jakarta.
Terus terang desa  yang merupakan tempat kelahiran ayah sudah berkembang begitu mempesona, Kemajuannya sangat pesat namun alamnya tetap terjaga asri dan berudara segar. Banyak sekali spot yang masih merupakan hidden gems yang bisa dieksplore.  Dan kabar terbaiknya, internet berjalan lancar. Jaringan internet yang mendukung sangat diperlukan baik sebagai penulis maupun untuk mengabarkan keindahan desa ini.