Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Petani dengan Kemampuan Supranatural, Nasehatnya Milenial Banget

15 Desember 2021   10:39 Diperbarui: 15 Desember 2021   10:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.suara.com-bekasi

Mini masih penasaran dengan keberhasilan Kacong si tukang soto membeli mobil serta keberhasilan Bapak Hutabarat yang bisa membeli rumah secara cash bertahap Rp. 8 juta/ bulan. Memang bertahun sebelumnya, Mini sudah bertekad untuk membeli mobil bahkan sering melakukan affirmasi dengan cara sesumbar kemana-mana.

Sayangnya waktu itu rencana pembelian mobil baru mengandalkan pada rencana penjualan pohon jati di perkebunan keluarga Ratno yang ternyata tidak disetujui  keluarga besarnya karena pohon jati dianggap belum cukup besar dan tua. Lagi pula dana penjualan pohon jati tentunya harus dibagi-bagi antara Ratno bersaudara serta orangtuanya.

Akhirnya pasutri itu sepakat Ratno akan konsultasi ke ayah Mini di Cilacap, beliau diyakini memiliki daya linuwih ( semacam six sense) dan sering diminta tolong untuk mengobati atau memberi konsultasi oleh orang-orang di kampungnya. Mini sendiri terbukti secara fisik sangat kuat hingga mampu mengangkat barang-barang berat sendiri,  dia percaya jika kekuatannya itu disebabkan pembekalan  dari ayahnya.

Dira -- anak Mini dan Ratno yang baru berusia 3 tahun mengenakan peniti dengan kain yang disematkan di bajunya pemberian Bapaknya Mini, konon untuk melindungi dirinya. Memang Dira berbeda dengan anak-anak lain, dia jauh lebih sehat dan kuat. Evan -- anak Kacong yang sebaya acap kali di-smackdown Dira, pernah mukanya digoser-goser ke aspal oleh Dira. Akhirnya Kacong memutuskan untuk mengirim Evan pulang ke Madura. Dira selalu berjalan telanjang kaki dari rumahnya ke rumah saya, melewati jalan aspal yang panas.

Adapun konsultasi Ratno sudah ditetapkan spesifik berkaitan dengan jarangnya order ojol diterimanya. Yup, selain bekerja sebagai Office Boy suatu perusahaan yang mengontrak rumah dekat tempat tinggal saya, Ratno juga nyambi jadi driver ojol. Apalagi selama pandemi kantor Ratno vakum hingga dia punya banyak waktu.

Jadi pulanglah Ratno ke Cilacap dan hanya butuh waktu 2 hari, dia sudah kembali. Usai dari Cilacap, mereka menitipkan Dira ke rumah seharian karena mereka pergi entah kemana.

Usai Maghrib mereka baru pulang dan segera menjemput Dira. Ternyata pasutri ini ke PGC membeli smartphone baru.

"Iya beli smartphone baru sesuai nasehat Bapaknya Mini." Jelas pasutri ini bersamaan.

"Loh kenapa?" Tanya saya heran.

 "Saya nanya ke Bapak kenapa jarang banget dapat order ojol, malahan pernah seharian gak dapat order," Jawab Ratno.

Memang dia pernah beberapa kali mengeluh soal sepi order ojol, "Bu, emang orang-orang gak pada pergi ya? Atau ga ngirim barang. Kok hari ini saya gak dapat-dapat order."

"Tadi saya pergi ke daerah Sudirman lewat Casablanca, jalanan macet," Jelas saya untuk menggambarkan suasana kota.

Begitu dia menyampaikan hal tersebut ke bapak mertua, bliau merenung sejenak sebelum akhirnya mengatakan,

"Ganti handphone kamu, beli yang kapasitasnya besar."

Gubrak saya mendengarnya mengingat sosok bapaknya Mini adalah petani di suatu desa terpencil di bilangan Cilacap. Memiliki sepetak sawah yang ditanami padi, bapaknya Mini beserta para warga desa diizinkan oleh Perhutani untuk melakukan tanam tumpeng sari (menanam palawija di antara pohon-pohon) di area hutan milik Perhutani dengan catatan menjaga pohon-pohon yang ada.

Kesibukan bertani Bapak masih ditambah dengan pekerjaan memetik/ memanen tanaman-tanaman milik tetangga. Ini termasuk berat karena pk. 03.00 pagi sudah harus ada di area yang akan dipanen. Sedikit telat, pasti tidak akan mendapat pekerjaan karena yang antre banyak.

Karenanya saya heran bagaimana dari benak orang sesederhana Bapak muncul nasihat yang brilian. Alih-alih menasehati agar mandi kembang tujuh rupa atau membakar kemenyan, bapak yang sekedar petani (lebih banyak) menggarap yang sederhana bisa menasehati mantunya agar menukar HP nya dengan Hp yang lebih canggih. Saya cukup tahu kalau Ratno sudah kecanduan dalam membuat rekaman video. Apa saja yang melintas di depan hidungnya pasti direkam. Selain itu dia gemar menonton Tiktok maupun Youtube.

Tak heran hal tersebut selain menggerus paket data yang dilangganinya juga menggerus memori serta memperlambat daya "tangkap" orderan yang melintas. Saya jadi teringat pangkalan ojol tak resmi di kompleks yang tiap pagi dilewati saat jalan pagi. Para driver sibuk menunduk memperhatikan Hp namun tiap kali saya maupun adik mengorder ojol baik untuk mengantar diri maupun barang, kok tidak pernah mendapat ojol dari pangkalan itu. Yang sering malah dari luar kompleks. Bisa jadi para ojol yang ada di pangkalan itu sedang menonton Tiktok, Youtube maupun sibuk chatting sehingga sinyal Hp nya tidak menangkap jejaring orderan.

Setelah berganti Hp, orderan ojol Ratno lancar jaya, tang ting masuk dan Ratno pergi menjemput rezeki. Kadang jika order malam menjelang, Dira ikut ayahnya berkeliling kota. Saat weekend tiba dan tempat tujuan mengantar barang menarik, Dira dan Mini turut serta.

Bapaknya Mini memang istimewa walaupun tidak hidup berlebihan, dengan ringan tangan beliau mengambil orang gila yang berkeliaran di jalan, dimandikan dan diberi makan, diberi kamar untuk tinggal bersama. Lama kelamaan orang gila tersebut sembuh dan kembali ke rumahnya. Bapak kembali menampung anak SMA yang hamil diluar nikah dan mengangkat anak bayi yang dilahirkan. Anak SMA itu dikembalikan ke orangtuanya setelah didaftarkan di sekolah baru. Tentu Bapak banyak menasehati orangtua anak SMA tersebut sebelum memasrahkan si anak SMA.

Bapak mengasuh anak sulung Mini serta anak-anak dari kakak Mini sebab mereka sibuk mencari nafkah di Jakarta. Jika Mini rutin mengirim uang, tidak demikian dengan kakaknya. Padahal 2 anak kembar tinggal di rumah Bapak. Tapi Bapak tak pernah mengeluh, tempat tinggal, makan serta uang sekolah dan uang saku mereka jadi tanggungannya. Hingga kedua anak lulus SMK dan bekerja di sebuah pabrik di Tangerang.

Namun saat Mini berancang-ancang untuk menitipkan Dira saat memasuki usia SD, Bapak dengan tegas menolak. Atas sebab Dira sering men-smack down anak angkatnya yang telah tumbuh sebaya dengan cucunya itu. Bapak memilih membesarkan anak angkatnya daripada mengasuh Dira.

"Lah orangtua kan harus mengurus anaknya," Tegas Bapak.

Dengan kualitas kemanusiaan sedemikian rupa, saya tidak ingin tahu darimana kemampuan Bapak bisa tumbuh. Memangnya siapa saya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun