Memang dia pernah beberapa kali mengeluh soal sepi order ojol, "Bu, emang orang-orang gak pada pergi ya? Atau ga ngirim barang. Kok hari ini saya gak dapat-dapat order."
"Tadi saya pergi ke daerah Sudirman lewat Casablanca, jalanan macet," Jelas saya untuk menggambarkan suasana kota.
Begitu dia menyampaikan hal tersebut ke bapak mertua, bliau merenung sejenak sebelum akhirnya mengatakan,
"Ganti handphone kamu, beli yang kapasitasnya besar."
Gubrak saya mendengarnya mengingat sosok bapaknya Mini adalah petani di suatu desa terpencil di bilangan Cilacap. Memiliki sepetak sawah yang ditanami padi, bapaknya Mini beserta para warga desa diizinkan oleh Perhutani untuk melakukan tanam tumpeng sari (menanam palawija di antara pohon-pohon) di area hutan milik Perhutani dengan catatan menjaga pohon-pohon yang ada.
Kesibukan bertani Bapak masih ditambah dengan pekerjaan memetik/ memanen tanaman-tanaman milik tetangga. Ini termasuk berat karena pk. 03.00 pagi sudah harus ada di area yang akan dipanen. Sedikit telat, pasti tidak akan mendapat pekerjaan karena yang antre banyak.
Karenanya saya heran bagaimana dari benak orang sesederhana Bapak muncul nasihat yang brilian. Alih-alih menasehati agar mandi kembang tujuh rupa atau membakar kemenyan, bapak yang sekedar petani (lebih banyak) menggarap yang sederhana bisa menasehati mantunya agar menukar HP nya dengan Hp yang lebih canggih. Saya cukup tahu kalau Ratno sudah kecanduan dalam membuat rekaman video. Apa saja yang melintas di depan hidungnya pasti direkam. Selain itu dia gemar menonton Tiktok maupun Youtube.
Tak heran hal tersebut selain menggerus paket data yang dilangganinya juga menggerus memori serta memperlambat daya "tangkap" orderan yang melintas. Saya jadi teringat pangkalan ojol tak resmi di kompleks yang tiap pagi dilewati saat jalan pagi. Para driver sibuk menunduk memperhatikan Hp namun tiap kali saya maupun adik mengorder ojol baik untuk mengantar diri maupun barang, kok tidak pernah mendapat ojol dari pangkalan itu. Yang sering malah dari luar kompleks. Bisa jadi para ojol yang ada di pangkalan itu sedang menonton Tiktok, Youtube maupun sibuk chatting sehingga sinyal Hp nya tidak menangkap jejaring orderan.
Setelah berganti Hp, orderan ojol Ratno lancar jaya, tang ting masuk dan Ratno pergi menjemput rezeki. Kadang jika order malam menjelang, Dira ikut ayahnya berkeliling kota. Saat weekend tiba dan tempat tujuan mengantar barang menarik, Dira dan Mini turut serta.
Bapaknya Mini memang istimewa walaupun tidak hidup berlebihan, dengan ringan tangan beliau mengambil orang gila yang berkeliaran di jalan, dimandikan dan diberi makan, diberi kamar untuk tinggal bersama. Lama kelamaan orang gila tersebut sembuh dan kembali ke rumahnya. Bapak kembali menampung anak SMA yang hamil diluar nikah dan mengangkat anak bayi yang dilahirkan. Anak SMA itu dikembalikan ke orangtuanya setelah didaftarkan di sekolah baru. Tentu Bapak banyak menasehati orangtua anak SMA tersebut sebelum memasrahkan si anak SMA.
Bapak mengasuh anak sulung Mini serta anak-anak dari kakak Mini sebab mereka sibuk mencari nafkah di Jakarta. Jika Mini rutin mengirim uang, tidak demikian dengan kakaknya. Padahal 2 anak kembar tinggal di rumah Bapak. Tapi Bapak tak pernah mengeluh, tempat tinggal, makan serta uang sekolah dan uang saku mereka jadi tanggungannya. Hingga kedua anak lulus SMK dan bekerja di sebuah pabrik di Tangerang.