Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Komorbid Malah Menghilang Saat Terpapar Covid-19

23 Oktober 2021   10:37 Diperbarui: 23 Oktober 2021   10:46 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu sepertinya saya memakai baterai energizer secara habis olahraga jalan sekitar 1 km, bukannya pulang eh malah meluncur ke
Puskesmas Tebet yang berjarak 1.7 km. Pukul 07.00 pagi sudah duduk antri untuk konsultasi diabetes bulanan. Sejak pandemi, saya yang sebelumnya berobat jalan di Rumah Sakit ( seperti yang ditulis di sini ) memutuskan untuk berobat di puskesmas saja karena resiko terpapar Covid-19 di RS cukup besar. Keputusan yang tepat karena selama pandemi, orang membatasi diri keluar rumah termasuk ke Puskesmas. Pengunjung puskesmas yang biasanya membludak sebelum pandemi jadi relatif sedikit, termasuk hari itu. Walaupun semua tempat duduk terisi namun ini lebih disebabkan karena tempat duduk diatur sesuai protokol kesehatan, ada tempat duduk kosong dengan silang merah antara satu pasien dengan pasien lain.

Waktu menunggu  cukup lama, karena dokter sangat teliti memberi konsultasi di meja bertirai plastik transparan di tempat parkir,  membuat saya merubah posisi duduk yang tadinya bersender sembari menjulurkan kaki jadi duduk tegak sembari menyilangkan kaki.  Ini menyebabkan jemari kaki kiri menyembul dari balik gamis panjang.  Jadi terheran-heran demi menyadari jemari kaki yang bersih, terutama ibu jari kaki ( jempol ). Melanjutkan keheranan, tangan segera meraba bagian telapak ibu jari dan merasa takjub karena halus padahal biasanya kasar bahkan tebal karena kapalan. Sampai menahan napas saat telapak ibu jari kaki bisa merasakan usapan tangan padahal sebelumnya sudah mati rasa, hingga membuat was-was dan mulai berpikir untuk melakukan terapi kaki khusus penderita diabetes yang ada di RS. 

Memang kaki terutama dari telapak hingga pergelangan kaki merupakan area yang sensitif bagi penderita diabetes. Aliran darah ke area kaki acapkali mengalami hambatan, akibatnya telapak kaki kapalan bahkan mati rasa. Hingga acapkali kaki tidak merasa sakit saat menginjak benda tajam sampai terluka dan celakanya luka itu tidak terasa hingga luka tersebut menyebabkan infeksi dan borok. Inilah yang menyebabkan sering kali kaki diabetesi diamputasi.

Akhirnya tiba nama dan nomor urut saya dipanggil yang berarti harus menemui jururawat terlebih dulu untuk diperiksa berat badan (BB) dan  tekanan darah (TD). Lagi-lagi terkejut sendiri saat tahu  BB  turun 7 kg sementara tekanan darah dalam posisi normal. Padahal mempertahankan tekanan darah dalam posisi normal itu juga sulit bagi diabetesi, makanya dikatakan penderita diabetes pasti terkena hipertensi sementara penderita hipertensi belum tentu menderita diabetes. Penasaran dengan berbagai perkembangan fisik tak biasa jadi  selain meminta obat bulanan, saya juga minta pengantar untuk pemeriksaan laboratorium. Karena belum makan apapun sepagian itu jadi langsung meluncur ke laboratorium.  Hasil lab menunjukkan kadar gula darah puasa ternyata berada pada angka 98 sementara pasca buka puasa 200an itupun karena saya berbuka puasa dengan 1 buah salak yang ada di tas belanjaan. Sengaja memilih buah salak selain menghindari buka masker juga untuk menguji kadar gula salak. Sebab founder dari DEBM ( diet enak bahagia mengenyangkan) mengatakan  kadar gula buah salak tinggi sementara berbagai informasi dari situs berita online berkata sebaliknya. Dari fakta tersebut, akhirnya saya jadi membatasi konsumsi salak. 

Bagaimanapun kadar gula darah 98 merupakan prestasi tersendiri karena sepanjang 15 tahun sejak saya mulai rutin menjalankan MCU ( Medical Check Up ), belum pernah kadar gula sampai di bawah 100.

Dan ini terjadinya saat saya baru 2 minggu recover dari Covid-19. Alih-alih meninggal seperti yang terjadi pada kebanyakan penyandang komorbid lain yang terpapar Covid-19, komorbid saya tampaknya malah mati suri selama menderita Covid-19. Komorbiditas sendiri adalah kondisi di mana seseorang menderita dua penyakit atau lebih pada saat yang bersamaan. Penyakit tersebut umumnya bersifat kronis atau menahun. Istilah ini selalu muncul ketika membahas penyakit Covid-19 karena penyandang komorbid lebih berisiko menderita gejala parah apabila terinfeksi virus Corona. Dan menurut keterangan yang disampaikan wakitl ketua PB IDI, secara global angka kematian karena Covid-19 didominasi para penyandang komorbid terutama diabetes.

Terus terang saya banyak kehilangan teman-teman terbaik akibat mereka menyandang komorbid saat terpapar Covid-19. Untungnya saya malah tidak ingat sama sekali menderita komorbid saat terpapar Covid-19 sebab sibuk memikirkan nenek 77 tahun di rumah yang juga terpapar Covid-19 padahal dia menderita hipertensi.

Inilah Obat Covid-19

Saya jadi takjub dan berpikir kalau hal ini bukan mukjizat sebab siapalah saya ini dibanding dengan orang-orang baik yang sudah berpulang akibat Covid-19. Pasti ada sebab yang mengakibatkan kondisi ini, lantas me-review kembali kebiasaan-kebiasaan selama ini yang mungkin telah jadi tabungan kesehatan hingga bisa menyelamatkan diri dari kematian akibat Covid-19 dan menemukan hal menarik ini:

Konsumsi buah secara rutin 

Saat  menjalani rawat jalan di RS 3 tahun lalu selain meresepkan obat-obatan, dokter internist di sana juga selalu menyarankan untuk konsumsi buah-buahan serta sayur-sayuran, macam apel, buah naga dan rebusan seledri. Berangkat dari saran tersebut akhirnya saya membiasakan diri untuk mengkonsumsi sayur dan buah dengan porsi besar tiap harinya yang jenisnyapun tidak terbatas pada saran dokter. Selain mengkonsumsi, saya juga me-review efek sayur atau buah yang dimakan. Sehingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa sayur lebih baik dikonsumsi mentah atau kalau ingin diolah - cukup dicelup dalam air mendidih selama 1 menit sehingga kesegarannya tetap terjaga. Sayur mentah atau yang sudah melalui tahap rebus 1 menit itu bisa disimpan di kulkas setelah dimasukkan dalam box plastik tertutup. Selanjut tinggal dimasak atau dikonsumsi begitu saja dengan sambal terasi/ saos sambal.

dok.pri
dok.pri

Ternyata kebiasaan tersebut selaras dengan penelitian ini yang dilakukan pada para 2,884 dokter dan nakes yang berada di garda depan pengobatan Covid-19 di 6 Negara (Perancis, Jerman, Italy, Spanyol, Inggris dan AS)  yang memperlihatkan  pola makan dominan  sayur dan buah mengurangi tingkat keparahan paparan Covid-19 hingga 73%. 

Data dari penelitian yang dipimpin oleh Dr Sara B Seidelmann dari Stamford Hospital, Greenwich, US ini menyebabkan seorang dokter ahli jantung di Malaysia mengatakan bahwa akan lebih murah dan rendah biaya jika pemerintah mendorong rakyatnya untuk lebih banyak makan sayuran, ketimbang menggalakkan program vaksin.

Sebenarnya pas hasil swab test menunjukkan positif Covid-19, secara mental jadi down dan malas makan kecuali buah-buahan untuk melindungi lambung sebelum minum obat-obatan yang cukup keras. Bisa dibilang selama 10 hari dari 18 hari isoman, saya hanya mengkonsumsi buah-buahan. Ternyata sayur dan buah inilah yang melindungi saya dari tingkat keparahan paparan Covid-19.

Selama pandemi, masyarakat Indonesia yang tadinya minim konsumsi buah mulai menyadari pentingnya buah untuk menjaga stamina dan meningkatkan imunitas tubuh, apalagi Presiden Jokowi sampai mengingatkan untuk konsumsi sayur dan buah karena orang Indonesia baru mengkonsumsi 88 gram/ hari masih dibawah standar WHO yang 150 gram/ hari. Akibatnya harga buah mulai naik hingga menyebabkan banyak orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi buah untuk keperluan pola makan jadi mengeluh. Alhamdulillah saya tidak mengalami hal ini saat jalan pagi menemukan  sebuah kios di luar area pasar kaget beberapa tahun lalu,  menemukan oase buah murah meriah yang lengkap. Ini disebabkan pemilik kios itu tiap pagi menyortir buah-buah yang ada, yang rada bonyok langsung disiangi, dibungkus dan dijual dalam kotak berpendingin es seharga seribu rupiah/ plastik. Ini penampilan buah-buahan seharga seribu yang jadi konsumsi tiap hari. Salak Pondoh 3-4 buah/ bungkus juga dibandrol seribu.

dokpri
dokpri

Tidak hanya di pasar kaget, tukang sayur keliling juga memberikan harga miring untuk dagangannya. Pepaya 5 ribu, sayur pokchoy 3 ribu, pisang ala sunpride 7 ribu 3 buah.

Banyak Berjalan Kaki Setiap Hari

Saat didiagnosa menderita penyumbatan pembuluh darah dibeberapa titik yang ada di kepala dan muka yang ditulis di sini, logika saya berpikir berarti harus banyak bergerak agar lemak yang menyumbat segera pergi. Gerak yang konsisten dilakukan adalah jalan kaki pagi, dimulai dari pulang pergi ke RS yang berjarak 1.7 km, berarti dalam sehari bisa menempuh jarak 3.4 km.  Karena ke RS bisa 5 kali dalam seminggu jadi lumayan banyak kan langkah yang ditempuh. Setelah frekwensi ke RS berkurang, saya menggantinya dengan jalan pagi dalam radius 1 km -- pulang pergi 2 km/ hari.

dok.pri
dok.pri

Area jalan kaki yang saya tempuh itu  berada di sekitar pasar kaget tanpa pernah mengunjungi pasar.  Hingga suatu saat berpapasan dengan  teman SMA yang juga petinggi BUMN, beliau yang lelaki tanpa segan-segan belanja di pasar kaget dan menyarankan saya untuk mampir ke pasar kaget. Begitu masuk, saya langsung seperti menemukan supermarket saja. Segala jenis buah dan sayur ada, aneka macam ikan, segala bagian dari ayam juga ada, pokoknya komplit dan semua dengan harga sungguh miring. Jadilah kunjungan ke pasar kaget masuk dalam "ittenary" wajib setiap jalan pagi.

 Pulang ke Rumah 

Hari itu seperti biasa, pulang dari puskesmas dengan jalan kaki dan menempuh jalan-jalan kecil di Tebet daripada lewat jalan raya demi meminimalisir paparan asap kendaraan bermotor yang lalu lalang. Kembali jarak 1.7 km ditempuh sebelum akhirnya tiba di rumah. Rumah di tengah kota yang disepakati keluarga untuk membiarkan lahan yang  ada terhampar bersama tanaman-tanaman yang menyejukkan tanpa membuat bangunan-bangunan tambahan. Eddy -- Titi (kerabat yang dengan sukarela memelihara halaman bersama adik sibuk memanen pisang yang tumbuh subur), nantinya pisang-pisang ini akan dibagikan pada orang-orang baik yang sudah membantu kami selama Covid-19 juga para pedagang kuliner yang mangkal di portal.

panenpisang-pribadi
panenpisang-pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun