Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup di Wilayah Epicentrum Covid-19

27 April 2020   09:03 Diperbarui: 27 April 2020   14:06 1456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/wsj.

Dalam perjalanan pulang dari pasar, saya bisa mencuci tangan hingga dua kali di tempat yang berbeda. Sampai rumah saya segera mandi dan berganti baju.

dokpri
dokpri
Selain pasar, tempat essential yang saya kunjungi adalah tempat berobat. Seharusnya saya kontrol bulanan ke internist di RS dimana biasanya saya mendapat jatah obat bulanan, namun petunjuk dari IDI supaya menahan diri ke internist selama masa physical distancing Covid-19 kecuali kaki saya bolong (biasa dialami orang diabetes) membuat saya ke fasilitas kesehatan di bawahnya yakni Puskesmas.

Alangkah terkejutnya saya melihat penerapan SOP Puskesmas yang sangat luar biasa. Tak seperti biasa, kali ini kami tidak diperbolehkan memasuki bangunan puskesmas. Ada satpam yang menerima dan memasukkan kartu kami ke dalam. 

Di depan pintu masuk ada hand sanitizer dan fasilitas cuci tangan yang lengkap dengan wastafel stainless steel. Kami dipersilahkan menunggu di pelataran parkir yang ditutupi dengan canopy hingga tidak panas, lagipula banyak tanaman di sana sehingga udara sejuk. 

Untuk dudukpun diatur selang satu isi satu kosong. Para pasien yang menunggu cukup disiplin hingga mereka mengingatkan seorang perempuan muda yang meletakkan masker di bawah dagunya untuk memasang maskernya dengan benar.

Saat giliran saya masuk ke bangunan puskesmas, harus melalui loket pendaftaran dulu dimana para petugas memakai masker dan jendela loket ditutupi dengan plastik. 

Dari situ saya ke ruang pemeriksaan untuk ditimbang serta diperiksa suhu tubuh dan tensi. Petugasnya memakai baju APD lengkap dengan masker. 

Setelah itu, menunggu giliran untuk bertemu dengan dokter, Ketika tiba giliran, dokter juga melindungi diri dengan memakai pakai dinas tangan panjang lengkap dengan sarung tangan karet serta face shield. Laptopnya pun terbungkus plastik. 

Percakapan berlangsung cukup lama karena dokter sangat teliti hingga akhirnya dia menuliskan resep di laptop yang terkoneksi dengan apotik di dalam puskesmas.

Hingga saat saya ke apotik itu, petugas farmasi sudah menyiapkan obat untuk jatah 1 bulan. Loket apotik juga ditutupi dengan tirai plastik agar tidak terjadi kontak langsung.

dokpri
dokpri
Terus terang pengalaman di Pasar dan Puskesmas menenangkan saya karena protokol physical distancing benar-benar diterapkan. Seandainya semua wilayah di Jakarta menerapkan protokol demikian, maka resiko tertular virus Covid-19 bisa diminimalisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun