Pas hari ke 4 Â PPSB di DKI, sudah muncul keluhan, "kok masih ramai? Kok masih pada berkeliaran?"
Saya masih berpikir positif "Oh ya?"
Karena wilayah tempat tinggal saya cukup tertib menjalankan PPSB.
Ah tapi Jakarta kan luas. Mungkin kawasan-kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat yang demikian, berani sedikit menyimpulkan mengingat jumlah penderita Covid-19 terbanyak di DKI ada di daerah itu.Â
Namun manakala seorang teman yang sama-sama tinggal di Jakarta Selatan dalam wilayah yang sama, hanya beda letak -saya di Utara, dia di Selatan mengeluhkan kondisi pasar tradisional yang tutup di wilayahnya serta masih berkeliarannya orang-orang di daerah rumahnya.
 Belum lagi melihat kondisi pasar ikan di Jatinegara yang begitu ramai dengan pembeli maupun penjual yang tidak memakai masker dan menjaga jarak membuat saya jadi ingin berbagi kondisi di kawasan tempat tinggal.
Tanggal 17 Maret, saya  (warga RT 08) mendengar kabar dari warga RT 07 yang kebetulan wartawan bahwa bpk DJ yang warga RT 09 terkena Covid-19.
Saya: "Kok tahu, Mas?"
Dia: "Iya, pas saya lihat list nama-nama para korban kok ada nama Pak Dj -- tetangga kita. Masalahnya tuh kami bertemu saat shalat Jumat, minggu lalu di masjid. Dan kami bersalaman usai shalat. Waktu itu saya heran kok dia pakai masker secara kan gak ada keharusan dari Pemerintah. Eh pas baca namanya ada dalam list terkonfirmasi Covid-19, saya langsung panik."
Kami berdialognya melalui WA jadi tidak ada efek multilevel dari Covid-19, mas wartawan berinisiatif memeriksakan diri ke RS. Untung dia baik-baik saja.Â
Saya segera menyampaikan informasi ini ke pak RT tanpa membuka identitas warga baik yang terkonfirmasi maupun sumbernya. Namun pak RT cukup percaya hingga dia mengistirahatkan kegiatan senam pagi warga di jalanan yang seminggu tiga kali.
Saya puas dengan pelaksanaannya karena petugas menyemprot seluruh permukaan yang ada di dalam maupun luar rumah.