Saya jadi ingat percakapan dengan seorang Kompasianer, "Kalau capresnya Sandiaga Uno, terus cawapresnya Prabowo, sepertinya pemilihnya bakalan lebih banyak ya Pak."
"Iya, Bu. Tapi Prabowo mana mau, ini pertaruhannya terakhir. Umurnya kan dah banyak," jawab pak supir yang bikin saya berdecak. Masalah politik saat ini sudah jadi domain bersama, tak hanya politisi, kaum millenial bahkan emak-emak dan para pekerja formal maupun informal jadi paham dan ikut serta meramaikan politik, entah itu di dunia digital ataupun menjadi relawan.
Ajaibnya kebohongan Jokowi  itu rupanya juga  disadari para pendukungnya, paling tidak yang ada di kantor saya yang mayoritas berisi warga keturunan Cina. Ci Wawa suatu hari mengatakan,
"Biarin deh kita dibohongi Jokowi daripada dikasarin Prabowo. Wih takut gue mah."
Saya yang mendengarnya hanya bisa terbengong dan ci Wawa segera membuang muka demi menyaksikan ekspresi saya.
Jadi pendukung masing-masing kubu sebenarnya tahu kualitas jagoannya dan mereka menurunkan standard requirement demi menyesuaikan dengan keadaan.
Seorang teman pernah menyajikan data terkait dengan 62 janji kampanye Jokowi pada Pemilu 2014 yang diingkari. Satu yang pernah saya saksikan saat kampanye 2014 itu adalah janjinya untuk tidak berhutang.Â
Ketika mendengarnya, saya langsung protes ( di depan televisi ). Â Tidak mungkin membiayai pembangunan Negara tanpa berhutang. Dan saya menerimanya sebagai ketidakpahamannya akan ekonomi makro, saya tetap memilih Jokowi di tahun 2014 itu.
Terbukti ketika menjabat sebagai Presiden, hutang demi hutang diajukan pada negara kreditur. Begitu menggunungnya hutang Negeri dan dalih bahwa utang negara belum menyentuh angka 30% dari PDB yang merupakan ambang batas aman selalu dikemukakan. Hal yang membuat saya jadi ngeri melihatnya.Â
Saya bertanya-tanya bagaimana membayarnya? Bagaimana jika gagal bayar? Apakah proyek yang dibiayai Negara donor akan diambil seperti di Srilangka. Apakah mata uang Rupiah akan ditukar dengan Yuan sebagaimana terjadi di Zimbabwe karena kegagalannya membayar utang pada Cina?
Hutang Negeri yang menggunung membuat saya tidak lagi berpihak pada Jokowi, saya memutuskan berada di luar pagar. Saya lebih baik menjadi warganegara biasa yang sibuk dengan kehidupannya yang cukup keras.