Tanam serentak, panen serentak, harga terjun bebas
Dengan kemajuan teknologi pertanian, seharusnya pola bertanam serentak sudah harus di tinggalkan, digantikan bertanam dengan pola bertahap, berkesinambungan, maka efisiensi akan didapat, ketersediaan benih unggul bisa di atur secara bertahap, stok pupuk selalu tersedia, penggunaan pestisida juga bisa disiapkan dengan terencana.
Kebutuhan air juga bisa lebih efisien, tenaga kerja tanam tidak pernah berhenti bekerja, sepanjang tahun selalu bertanam, sehingga upah borongan bisa di tekan, karena selama ini dengan pola bertanam secara serentak, saat musim tanam sulit mencari tenaga tanam, saat semua lahan sudah tertanam, mereka menganggur, sehingga upah borongan biasanya menjadi mahal karena diperhitungkan juga saat menganggur, permintaan saprodi (Benih, pupuk, pestisida) sangat tinggi.
Kalaupun ada, harganya ikut naik, saat panen raya tiba, giliran harga yang terjun bebas, maka bertani menjadi tidak menguntungkan bagi petani kecil, yang untung adalah tengkulak yang berani memberi pinjaman saat musim tanam, dan membeli dengan harga murah saat musim panen tiba, buat petani, mereka para tengkulak masih dibutuhkan karena peranan Pemerintah belum bisa menggantikan peran dari tengkulak ini.
Pola tanam bertahap
Pola tanam bertahap bisa menjadi solusi bagi petani karena saat panen harga akan stabil, pemasukan uang bisa diatur sesuai kebutuhan, bisa harian, bisa mingguan atau bulanan, petani harusnya makmur sejahtera, karena jasa mereka juga kita bisa makan setiap hari.
Ilmu “katanya”
Umumnya petani bila di ajak bertanam padi secara bertahap selalu kuatir “katanya” sulit memutus mata rantai penyakit, semua masih “katanya” tetapi belum pernah mencobanya, saya pernah melakukan penanaman jagung manis di lahan yang sama secara terus menerus sebanyak 7 kali musim tanam, engga masalah, jadi “katanya” itu hanya dijadikan alasan pembenaran saja, karena memang belum di coba pola bertanam bertahap ini.
Pendampingan Solusi nya
Semua harus di coba, kendala pasti ada, bila ada masalah langsung bisa di bahas dan dicari solusinya tenaga pendamping petani sudah menjadi keharusan, siapa tenaga pendamping petani? ya petani itu sendiri, yang sebelumnya di dampingi tenaga pendamping yang mendampingi selama masa tanam semusim.
Mereka mendampingi setiap hari, mengenalkan tanaman dengan lebih detail, melihat langsung tampilan fisik tanaman, dari pertumbuhan akar, daun, malai, kekurangan pupuk, sampai serangan hama penyakit bisa diatasi sedari awal serangan.
Semuanya diamati setiap hari, sehingga petani menjadi ahli bertanam padi dan saat mereka sudah berhasil, mereka juga siap menjadi tenaga pendamping di Desa lainnya, demikian seterusnya maka tidak lah sulit membangun kemandirian petani dengan pola pendampingan ini.
Bukti keberhasilan pendampingan menanam padi
Dengan 3 bukti ini saya berkeyakinan, untuk mensejahterakan petani tanaman pangan tidaklah sulit, yang sulit adalah merubah mindset dari Aparatur Pemerintah Daerah yang sulit berubah, jadi bila ingin menaikan produksi tanaman pangan dan menjaga harga tetap stabil, langkah-langkah tepat harus di lakukan yaitu :
- Mengatur pola tanam bertahap, saat panen tidak serentak, membuat harga nya menjadi stabil.
- Mempersiapkan tenaga pendamping yang mengerti budidaya secara tuntas, mendampingi petani satu desa selama semusim tanam, dan tinggal bersama-sama mereka, sehingga budidaya intensif bisa dikerjakan dengan baik.
- Memilih komoditas unggul dan unik, sehingga bisa mendapatkan nilai tambah untuk semua pihak dari petani sampai konsumen semuanya untung.
Inovasi membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Salam inovasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H