Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Politisasi Bencana, Matinya Empati Demi Pilpres 2019

31 Juli 2018   09:40 Diperbarui: 31 Juli 2018   10:33 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Dukung Jokowi dua periode, TGB takut pembangunan di NTB berhenti. Allah berikan pelajaran, gempa sedikit saja pembangunan di NTB rusak dan tidak berarti. Gusti Allah mboten sare" cuitan akun di twitter yang menamakan dirinya @AbbasFirman pada 29 Juli 2018. Sebuah cuitan yang jauh dari rasa empati terhadap korban bencana di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Parahnya lagi, cuitan yang minim empati kemanusiaan terhadap korban gempa di NTB itu juga membawa-bawa nama Allah SWT, Tuhan pencipta alam. 

Entah sadar apa tidak, penulis tweet itu mengatasnamakan Tuhan untuk membenarkan tafsirannya atas kejadian gempa di NTB. Tanpa sadar, gempa di NTB telah dipolitisasi menurut selera dan kepentingan politik dari akun tersebut.

Memang benar di berbagai kitab suci, diinformasikan bahwa Allah mendatangkan bencana bagi kaum yang durhaka dan melampaui batas dalam kehidupannya. Namun, apakah lantas kita secara ugal-ugalan menafsirkan bahwa gempa di NTB adalah azab Allah terkait pilihan Gubernur NTB TGB Zainul Majdi untuk mendukung Jokowi dalam pilpres 2019? Hanya Allah yang mengetahui. 

Kita tidak bisa dan tidak boleh mengatasnamakan Allah untuk menafsirkan gempa yang terjadi di NTB berdasarkan kepentingan politik kita. Tuhan adalah tujuan kita dalam beraktifitas bukan 'tukang stempel' untuk membenarkan sikap dan kepentingan politik kita. 

Jika kita telah menempatkan Tuhan menjadi sekedar 'tukang stempel' untuk membenarkan kepentingan politik kita, secara tidak sadar kita telah menjadikan kepentingan politik kita sebagai berhala baru. Ini yang justru sangat-sangat berbahaya.

Dari ilmu alam kita mengetahui bahwa Indonesia  berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua. 

Kondisi geografis ini di satu sisi menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana letusan gunung api, gempa, dan tsunami namun di sisi lain menjadikan Indonesia sebagai wilayah subur dan kaya secara hayati.

Dengan berbekal ilmu alam tentang kondisi geografis Indonesia itu, sudah seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan yang menciptkan alam. Salah satu caranya adalah kita mempersiapkan diri untuk selalu beradaptasi dengan gempa dan berbagai bencana alam yang mungkin terjadi. 

Bukankah Allah, sudah menganugerahkan kita akal untuk mengelola dan juga beradaptasi dengan alam untuk melanjutkan kehidupan di muka bumi?

Politisasi bencana di NTB bukan saja tidak empati dan menempatkan Tuhan sebagai 'tukan stempel' untuk membenarkan kepentingan politik kita, namun juga mengisitirahatkan akal sehat yang merupakan anugerah terbesar Tuhan bagi umat manusia untuk mengelola dan beradaptasi dengan alam. Politisasi bencana justru akan menjerumuskan kita menjadi seseorang yang kufur nikmat alias tidak bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun