Eka Tjipta Widjaja merupakan sosok pria inspiratif sepanjang zaman, khususnya di dunia bisnis. Eka Tjipta Widjaja telah menghadap tuhan pada 26 Januari 2019 lalu, namun semangatnya tetap hidup di relung-relung  para pejuang nasib.
Semangat pantang menyerah dan sifat sosial yang diwariskan oleh sang Founding Father. Eka Tjipta Widjaja tetap akan menjadi kiblat para anak muda dan para perintis usaha.
Bagiamana tidak, Eka Tjipta Widjaja yang membangun Sinar Mas dengan penuh keringat dan perjuangan, ia justru mampu melewati badai besar itu. Sehingga sampai saat ini, Grup Sinar Mas yang dibangun dengan keringat itu tumbuh menjulang bak perusahaan raksasa.
Meski sudah tiada, pendiri Asia Pulp & Paper Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja ini memang akan menjadi sosok inspirator yang akan dikenang sepanjang masa.
Dengan semangat kegigihannya membangun grup Sinar Mas, Asia Pulp & Paper Sinar Mas yang bergerak di bidang pulp atau bubur  dan kertas yang dibangun pada tahun 1972.
Pabrik tersebut kemudian berkembang memproduksi jenis produk lain dan menjadi pabrik kertas pertama korporasi Sinar Mas. Seiring perkembangannya, pabrik tersebut kini memproduksi beragam produk seperti pulp, kertas, kemasan, dan tissue.
Bahkan kini produk Asia Pulp & Paper Sinar Mas sudah dipasarkan di lebih dari 150 negara dan menjangkau enam benua.
Selama hampir 50 tahun, Asia Pulp & Paper Sinar Mas juga telah tumbuh dengan berbagai inovasi serta menghadirkan produk-produk berkualitas demi memenuhi permintaan global yang terus meningkat akan kertas cetak, tulis, produk kemasan konsumen dan industri, serta kertas tisu.
Selain itu, ada 28 perusahaan yang merupakan unit usaha dan mitra pemasok Asia Pulp & Paper Sinar Mas yang bergerak di bidang industri kehutanan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang berlokasi di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur, serta pabrik kertas PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (IKPP).
Sebagai Perusahaan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, Asia Pulp & Paper Sinar Mas juga sangat memperhatikan dalam menciptakan produk-produk berkualitas dan beroperasi dengan memperhatikan karyawan, masyarakat serta lingkungan di manapun beroperasi.
Awal Mula Merintis Asia Pulp & Paper (APP)
Konglomerat yang termasuk jajaran orang terkaya di Indonesia dan pendiri Sinar Mas Group, meninggal dunia pada Sabtu sekitar pukul 19.43 WIB. Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Gatot Subroto Jakarta.
Eka Tjipta Widjaja dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, daerah yang terletak di Republik Rakyat Cina. Pada tahun 1931, bersama ibunya dia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan untuk menyusul ayahnya yang terlebih dahulu migrasi.
Hanya berbekal ijazah lulusan Sekolah Dasar (SD) di Makassar. Namun, siapa sangka berawal kerja serabutan dan berdagang biskuit untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Eka Tjipta Widjaja berhasil membangun perusahaannya Sinar Mas Group yang bergerak di berbagai sektor bisnis, mulai properti, perkebunan, industri pengolahan, hingga keuangan.
Salah satu divisi operasionalisasi bisnis yang terkenal dari Sinar Mas Group adalah Asia Pulp & Paper (APP), yang menaungi perusahaan-perusahaan penghasil pulp dan kertas Sinar Mas. Kini Sinar Mas Pulp and Paper Sinar Mas telah berkembang menjadi perusahaan raksasa belakangan ini.
Sudah 100 tahun atau satu abad PT Sinar Mas itu berdiri di Indonesia. Selama 100 tahun pula Sinar Mas telah memberikan sinarnya bagi masa depan genarasi di tanah air.
Di balik perjuangannya itu semua, Eka Tjipta Widjaja ternyata mempunyai segudang kisah inspiratif dalam jatuh bangun merintis usahanya.
Eka Tjipta Widjaja Pernah Bangkrut
Siapa sangka sosok pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja ternyata pernah berada di titik paling bawah. Ya, seorang pengusaha belum bisa dikatakan sukses kalau ia belum merasaka pahit manisnya perjuangan dan melewati jatuh bangunnya  dalam merintis usaha.
Kisah jatuh bangun Eka Tjipta diceritakan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan lewat situs www.disway.id. Dahlan becerita, kala itu Ek Tjhong, nama kecil Eka Tjipta, mulai merintis bisnis sejak tamat SD.
Kala itu, seusai tamat SD, Eka Tjipta Widjaja memulai bisnisnya dengan berjualan biskuit. Bahkan dalam mengembangkan bisnisnya, Eka menjaminkan ijazah SD ke produsen demi menjadi distributor.
Dalam 4 tahun Eka bisa mengumpulkan uang dari bisnis biskuit yang bisa dipakai renovasi rumah orang tuanya. Namun, Eka Tjipta Widjaja tak cepat puas. Ia kemudian merambah bisnisnya dengan ikut arisan tender. Di bisnis ini Eka gagal karena kondisi ekonomi kala itu kacau saat Jepang masuk Makassar  pada tahun 1941.
Gagal di arisan tender, Eka Tjipta Widjaja menjajal bisnis barang rongsok. mulai dari besi, kayu, karung-karung terigu, karung semen, seng dan sebagainya.
Seiring dengan itu, Eka juga membuat warung kopi. Karena mereka yang bekerja membuat rongsok pasti butuh melepas lelah sambil minum kopi.
Bisnis rongsok mulai meredup, Eka Segera banting setir merambah minyak goreng. Bisnis Migor ini pun mulai digelutinya. Sayangnya bisnis ini juga tak berjalan lama. Karena kala itu jualan Migor hanya bisa dilakukan oleh orang Jepang.
Di sinilah Eka muda mengalami kegagalan bisnis untuk kedua kalinya. Tak menyerah, Eka Tjipta Widjaja memulai bisnis roti. Akan tetapi juga gagal. Di sini, Eka mengalami kegagalan ketiga kalinya.
Singkat cerita, Eka akhirnya hijrah ke Surabaya pada tahun 1992. Di kota pahlawan itu, bisnis yang dibangunnya mulai menemukan jalan suksesnya.
Dan jalan terjal dan penuh krikil itu, semuanya sudah dilewati sosok Eka Tjipta Widjaja. Dan hal itu menjadi alasan, semesta berpihak kepada Eka hingga akhirnya ia dikenang menjadi orang besar di dunia bisnis.
Pernah Berhutang Ratusan Dollar
Di balik kesuksesan yang diraih pendiri Asia Pulp & Paper Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja ternyata pernah meminjam uang 150 dollah untuk bekal bertahan di Indonesia. Eka Tjipta Widjaja yang berasal dari keluarga miskin di Quanzhou, China ternyata memiliki nama asli Oei Ek Thjong.
Pada tahun 1932, tepat usianya 9 tahun. Eka bersama orang tuanya merantau ke Indonesia tepatnya di Makassar. Hanya demi bisa merantau, Eka Tjipta pun rela berhutang pada rentenir hingga 150 dollar. Hutang tersebut untuk bekal bertahan di Indonesia kala itu.
Setibanya di Makassar, Eka Tjipta membantu sang ayah berjualan di toko kelontongnya. Dua tahun kemudian, usaha keluarga Eka Tjipta mulai ada kemajuan.
Melihat usaha milik keluarganya yang semakin maju, Eka Tjipta lantas meminta untuk disekolahkan. Sayangnya, Eka Tjipta hanya sempat mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar saja.
Eka Tjipta Widjaja kemudian memulai usahanya dengan berjualan biskuit dan aneka dagangan sang ayah. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, Eka berhasil mengakuisisi Tjiwi Kimi pada tahun 1972 menjadi cikal bakal pabrik kertas pertama Sinar Mas.
Berkat kerja keras dan pantang menyerah, Eka Tjipta Widjaja dinobatkan sebagai orang terkaya nomor dua di Indonesia oleh Forbes 2018 lalu.
Di Usia 15 Tahun Eka Tjipta Widjaja Sudah Membangun Perusahaan
Pada tahun1938, tepatnya di usia 15 tahun Eka Tjipta Widjaja sudah membangun Sinar Mas saat tinggal di Makassar.
Bisnis orang terkya di Indonesia itu terus berkembang. Asia Pulp and Paper (APP) misalnya, memiliki operasi manufaktur di seluruh Indonesia dan China dan mampu menjual produknya ke lebih dari 150 negara di 6 benua.
Pada tahun 1972, ia mendirikan pabrik yang memproduksi natrium bikarbonat, yang kemudian menjadi perusahaan kertas pertama Sinar Mas, Tjiwi Kimia.
Meski tamatan SD, Eka Tjipta Widjaja menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Rahasianya ternyata sosok pengusaha yang satu ini sangat gigih dalam berusaha.
Meski sempat bangkrut berkali-kali, dihantam badai dan ujian. Toh dirinya tak kapok dalam memulai usaha baru. Ini nih yang mesti dicontoh para generasi Indonesia.
(Firdausi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H