Mohon tunggu...
Daun Ilalang
Daun Ilalang Mohon Tunggu... -

Life is like a rainbow. You need both the sun and the rain to make its colors appear. ~ ♫ ❤

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Narcissus dan Sang Narapidana Tampan

18 Oktober 2015   10:13 Diperbarui: 25 Oktober 2015   12:06 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KESEPIAN memang bisa membuat gila..

Hantu Jeruji gelisah. Terlalu lama terkurung di balik dinding sempit yang menjepit, tak berteman, pikirannya terganggu.

Dia sering berhalusinasi. Bicara sendiri.

Ego, rasa percaya diri, kebanggaan dirinya, runtuh semua.

Padahal aku cerdas, pikir Hantu Jeruji. Dulu, kumiliki jabatan. Dan harta karun. Bahkan hingga kini harta karunku masih berlimpah. Para goblin dan naga menjaganya di Gringotts. Aman. Kelak, jika tak lagi terkurung terasing seperti ini, aku akan bisa bersenang- senang. Bersantai di villa mewah di tepi pantai. Dan bercengkrama, dengan banyak perempuan. 

Ah, perempuan. Tak semua memang, tapi ada cukup banyak perempuan yang akan dengan serta merta menoleh dan memuja jika uang ada, dan harta berlimpah.

Satu- satunya hiburan bagi Hantu Jeruji dalam kesepian serupa itu adalah ketika dia bicara dengan dinding. Dinding yang pandai memoles kata.

Kamar sempit dan dingin itu sudah pernah ditempati banyak jenis hantu, termasuk yang licik, culas dan bermuka dua, sehingga dindingnya tahu bagaimana bermanis bicara.

Dalam kesepian yang mencekik dan membuatnya setengah gila, kerap Hantu Jeruji bertanya pada dinding di hadapannya: "Dinding.. dinding.. siapakah hantu lelaki paling tampan dan hebat sedunia? "

Dinding akan menjawabnya dengan kalimat yang selalu sama, " Engkau, Hantu Jeruji. Engkaulah hantu lelaki paling tampan dan hebat sedunia."

Dan Hantu Jeruji akan melayang menembus angkasa.

Aku.. Akulah si tampan itu, pikir Hantu Jeruji.

Dinding batu, tentulah tak bisa memantulkan gambar. Hantu Jeruji sudah lama tak melihat wajahnya sendiri seperti apa. Maka hanya dalam angannya gambar- gambar itu muncul. Tertekan oleh keputus asaan, seringkali ingatan tentang masa lalu mengabur. Ada hal- hal yang tak ingin diingatnya yang kemudian oleh alam bawah sadarnya dimasukkan rapat- rapat ke dalam kotak yang terkunci rapat.

Bersama dengan sebagian ingatan yang terhapus itu, bahkan serupa apa wajahnya sendiripun dia seringkali tak ingat. Dan sebab seringnya dinding mengatakan bahwa dia adalah hantu paling tampan sedunia, Hantu Jeruji mulai membangun bayangannya sendiri tentang wajahnya.

Hantu Jeruji.. Hantu Jeruji.. Hantu Jeruji.. Initialnya adalah HJ, pikirnya...

HJ... HJ yang tampan. Yang populer, yang dipuja banyak orang, yang kemunculannya akan selalu disambut tempik sorak dan tepuk tangan, bahkan teriakan histeris para penggemar.

HJ... HJ...

Dan samar- samar pada dinding tua yang lembab itu terbentuk suatu wajah tampan...

HJ... HJ...

Hantu Jeruji, HJ

HJ... HJ...

Hugh Jackman...

Hantu Jeruji...

Hugh Jackman...

Hantu Jeruji...

Hugh Jackman...

Hantu Jeruji...

Hugh Jackman...

Makin lama, bayangan rupa di permukaan dinding makin menguat.

Akulah HJ, pikir Hantu Jeruji. Aku Hantu Jeruji dan rupaku rupawan seperti Hugh Jackman....

***

Air laut memercik- mercik ketika lidah ombaknya menyentuh daratan. Butiran pasir coklat yang berkilau tertimpa cahaya mentari serupa butiran- butiran emas yang tersebar membentang panjang...

Emak Menor sedang berendam dalam air hangat yang telah dikucurinya cairan pemutih tekstil. Kulitnya terasa agak nyeri tergigit, tapi ditahannya rasa itu. Demi kulit putih dan mulus, tak apalah menderita sedikit, pikirnya.

Untuk mencapai hasil yang baik, tentu diperlukan waktu berendam yang cukup lama. Untuk merintang waktu, sembari merendam tubuh, Emak Menor membaca buku milik anaknya yang rupanya tertinggal di kamar mandi. Buku tentang mitos dan legenda. Cerita tentang para dewa dan bidadari.

Lembar demi lembar, buku itu dibacanya. Termasuk bab tentang Narcissus, anak dari Dewa Sungai Cephissus dan bidadari Liriope. Narcissus terkenal karena keelokan parasnya, dan dia sangat bangga karena itu. Sedemikian bangganya sehingga dia senantiasa meremehkan orang- orang yang mencintainya.

Melihat perilaku Narcissus, Nemesis yang merupakan spirit pembalasan Ilahi terhadap mereka- mereka yang menyerah pada keangkuhan, mengajak Narcissus ke sebuah kolam, dimana pantulan air di kolam itu menunjukkan bayangan paras rupanya sendiri.

Narcissus jatuh cinta pada bayangannya sendiri. Tak bisa meninggalkan bayangannya sendiri itu, Narcissus kemudian tenggelam di kolam tersebut. Narcissus merupakan akar kata narcissism, sebuah obsesi pada diri sendiri dan penampilan fisik seseorang.

Hmmm... pikir Emak Menor sambil meletakkan buku itu. Kisah tentang Narcissus yang sangat terkenal itu tentu saja sudah pernah dibacanya. Tapi, pikirnya, memang apa sih salahnya mengagumi diri sendiri?

Emak Menor mengangkat tangannya, mengamati jemarinya yang dihiasi sebentuk cincin emas bermata berlian. Diraihnya sebuah kaca untuk mengamati mukanya, yang tadi telah dia cuci dengan detergen.

Seperti aku ini, pikirnya, apa salahnya jika aku mengagumi diri sendiri? Aku cantik, bukan? Para lelaki menatapku dengan sinar mata liar dan kehausan. Dan apa yang salah dengan semua itu? Lebih baik narsis daripada lusuh dan minder.

Emak Menor memejamkan matanya.

Angannya melayang. Berkelebatan dalam pikirannya sejumlah lelaki yang bertekuk lutut pada dirinya. Memuja- muja dan menghamba, sekedar untuk mendapatkan sekilas senyum dan sapa darinya. Tak sadar senyum dan sapa itu berpoles kepalsuan.

Emak Menor sudah terlatih untuk itu semua. Tak perduli seperti apa lelaki yang memujanya itu, demi memiliki banyak penggemar, Emak Menor akan menampilkan kemanisan reaksi dan tutur kata. Tak perduli dalam hatinya dia merendahkan, di muka mereka dia akan bersikap hangat.

Emak Menor mulai mengantuk. Bayangan para lelaki itu memudar, setengah bermimpi, dia teringat pada sosok tampan aktor Hugh Jackman yang tampil sangat jantan sebagai mahluk bercakar dalam Wolverine.

Hugh Jackman juga tampil luar biasa memikat dalam film Les Miserables dimana dia berperan sebagai narapidana yang mendapatkan pembebasan bersyarat dan lalu diluar penjara menggunakan uang yang didapatkannya dari mencuri perak untuk kemudian membangun kembali citra dirinya sebagai walikota dan pemilik pabrik.

Emak Menor terlelap dalam mimpinya. Dia membayangkan, andai ada seorang narapidana setampan, sejantan dan sekaya yang digambarkan di film Les Miserables yang lalu merayu dan mengagumi dirinya, Emak Menor yang (merasa) molek dan sexy itu, bagaimana kira- kira sikap yang harus ditunjukkannya agar si narapidana tampan yang berlimpah harta tersebut makin bertekuk lutut dan menjadi milik dirinya...

Kisah sebelumnya ada disini: 

- Drama Kebohongan

- Kerajaan Ular dan Para Pecundang

 

Kisah selanjutnya disini:

- Makhluk Dengan Separuh Jiwa

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun