" Tapiii.." sejenak kemudian Dee berkata lagi, "Memangnya apa yang salah dengan kata hiburan itu? Itu kan tergantung sudut pandang aja. Aku kalau nonton para pemusik profesional beraksi, juga menganggapnya sebagai hiburan walau tahu dari sisi mereka itu adalah profesi yang latihannya serius dengan jam yang panjang, dan bagi mereka juga jadi sumber penghasilan. Penghargaan aku terhadap mereka juga ngga berkurang walau aku mengklasifikasikan itu sebagai hiburan, lho... "
Kuti tertawa lagi.
" Tapi kayaknya itu juga dipengaruhi oleh ’siapa yang ngomong’, juga sih Dee.. "
" Memangnya siapa yang ngomong? " tanya Dee. " Aku pikir tadi yang ngomong yang bikin artikel yang kubaca barusan.. "
Kuti tertawa geli. Ah, bukan hanya pertandingan sepakbolanya, tapi bicara dengan Dee tentang sepak bola juga menghibur sebab percakapan nggak nyambung itu jadi terasa lucu bagi Kuti.
" Yang ngomong itu mantan petinggi KPSI yg kini jadi waketum PSSI. Yang mempermasalahkan mereka- mereka yang dulu benci KPSI, " kata Kuti sambil memperhatikan apakah Dee tahu apa itu KPSI.
Dee pernah mendengar kata itu rupanya, sebab dia bertanya, " KPSI itu yang dulu organisasi informal? "
Kuti mengangguk.
" Iya," jawab Kuti, " Pasca kongres PSSI mereka kembali ke PSSI atas perintah FIFA. Jadi KPSI akhirnya yang 'menang'.. "
Hmmmmm. Begitu rupanya.
" Terus masih ada yang sebal karena itu? " Dee mulai memahami arti 'tergantung siapa yang ngomong' yang dikatakan Kuti tadi, " Mestinya mereka marah sama FIFA dong ya, kan FIFA yang salah, kenapa nyuruh begitu? "