Jeruk -- jeruk itu saling membenturkan tubuhnya satu sama lain hingga pecah. Lalu keluarlah air jeruk dari dalam tubuh mereka. Karena jumlah jeruk itu sangat banyak, maka air yang keluar juga banyak. Air jeruk itu mengalir dari puncak ke bawah seperti sungai deras, menyeret para mandrake di bawah bukit dan di tengah gurun.
Dalam sekejap, tempat yang semula hanya berisi tanah itu, berubah menjadi genangan air jeruk yang mengalir deras sampai ke seberang.
"Berhasil!" Si mawar melonjak girang lalu memeluk si gadis.
Kini para mandrake itu sudah hilang. Sulur -- sulur itu pun sekarang sudah tidak ada. Tempat itu aman.
"Terimakasih, kau telah menyelamatkan dunia kami." Kata si mawar kepada si gadis.
"Tapi ini belum selesai. Penyihir itu masih ada disana. Aku yakin dia tak akan tinggal diam, melihat mandrake itu kalah."
"Mungkin. Tapi kau sudah mengurangi penderitaan kami."
Lalu tiba -- tiba hujan turun, si gadis dan si mawar pun memutuskan untuk kembali.
"Aku capek dan lapar. Kau punya sesuatu untuk dimakan?" kata si mawar.
"Entahlah. Semoga saja masih ada sisa makanan."
Mereka pun kembali ke toko bunga. Esok harinya, ada yang aneh dengan kota itu. Dulu tanaman banyak yang mati dengan misterius, tapi sejak si gadis dan si mawar meredam serangan mandrake itu, wabah yang memakan bunga -- bunga menjadi berkurang secara drastis.