Keamanan mereka mulai terusik saat melihat pergerakan di seberang gurun. Sulur -- sulur tanaman melata dengan cepat. Mereka sangat banyak, dan di belakangnya berbaris pasukan mandrake.
Mereka bertemu barisan buah kedondong di tengah. Tanpa ragu sedikit pun, sulur -- sulur itu melilit kedondong itu satu demi satu. Mereka berhasil menyedot kulitnya, namun saat tinggal bijinya, mereka baru sadar kalau itu jebakan.
Sulur itu terlanjur melilit biji kedondong yang penuh duri. Satu per satu berguguran, dan jumlah sulur berkurang drastis.
"Bagus, kedondong." Kata si gadis dari atas bukit.
Tapi meski sulur -- sulur itu tinggal sedikit, ada ratusan mandrake yang menyusul di belakang mereka. Mereka berlari dengan kencang, lalu menubruk kedondong yang tersisa. Benteng kedondong diobrak -- abrik oleh hantaman badan mandrake yang kokoh.
"Gawat, benteng pertama hancur." Kata si mawar.
"Semoga durian itu bisa berguna." Kata si gadis.
Mandrake yang terus berlari itu kini menemui benteng durian. Salah satu mandrake mencoba menaiki tubuh durian, tapi duri tajamnya menusuk -- nusuk tubuh mandrake hingga mati.
Mandrake mulai bingung, lalu mereka mengatur siasat. Salah satu dari mereka menundukkan tubuhnya, lalu mandrake yang lain berpijak di atasnya dan melompati durian -- durian itu.
"Sayang sekali, durian itu hanya berhasil membunuh satu mandrake." Kata si mawar.
"Ya. Tapi setidaknya sulur -- sulur itu tak berani mendekat." Kata si gadis.