"Kembalikan!" si pemuda segera bangkit, lalu menangkap kelinci yang merebut botol itu.
"Tidak! Botol ini akan kusimpan dulu. Beristirahatlah dulu, besok air ini akan kuberikan kepadamu."
"Aku janji, kalau kau mengembalikan itu, aku akan tidur."
Kelinci itu diam sejenak. Ia mengamati wajah si pemuda, lalu perlahan menjulurkan botol itu. Saat si pemuda hendak mengambil botol itu, si kelinci menariknya lagi.
"Kalau kau bohong, aku akan mengambilnya lagi." ancamnya.
Si pemuda mengangguk. Ia menerima botol itu, lalu ia berbaring di atas tanah lagi. Ia pun memejamkan mata, sambil terus mendekap botol itu dengan erat.
"Apa yang kau lakukan?" Sebuah suara terdengar di telinga si pemuda.
"Seorang calon penguasa tak boleh tidur. Bangunlah. Lihatlah air itu, dan resapi masa depanmu."
Si pemuda membuka matanya. Tampak di depannya sekarang, seekor kelinci. Tapi kalau yang tadi putih, yang ini berwarna hitam.
"Bagus. Sekarang air itu bawalah ke cenayang. Minta dia untuk membantumu. Kau orang yang kuat, dan cenayang itu sakti. Kalian berdua akan mudah mengendalikan dunia ini." Kata kelinci hitam itu.
Si pemuda masih tak berkata. Ia kembali melihat botol air itu, mabuk oleh bayangan di dalamnya.