Si sulur merunduk, lalu tanah di sekitarnya mulai retak, dan dari dalamnya muncullah umbi tanaman. Umbi itu masih tersambung dengan si sulur, dan perlahan umbi itu bangkit dan berdiri di depan si nona.
"Ikutlah kami." kata umbi tanaman itu.
Lalu si nona mengikuti mereka berdua. Di depan mereka, ada sebuah pusaran lubang yang berputar tiada henti.
"Ayo masuk ke dunia kami." kata umbi itu, lalu ia beserta sulurnya melompat ke dalam lubang itu, dan diikuti oleh si nona.
Si nona dibawa ke dalam sebuah ruangan. Dindingnya terbuat dari bata yang rapi. Di depannya ada perapian yang menyala, dan di dekatnya ada sebuah jendela terbuka. Lalu ia berjalan kesana dan melihat dari balik jendela.
"Ini.. menakjubkan!" katanya, sambil tercengang melihat banyak sekali sulur tanaman dimana -- mana.
"Selamat datang di rumah kami." kata si umbi itu.
"Tempat ini hijau sekali! Kemanapun aku melihat, selalu ada tumbuhan segar dan rimbun! Aku suka melihatnya! Ini ada dimana?"
"Sekarang kau ada di dunia bunga."
"Dunia bunga?"
"Benar. Dunia kami dan duniamu sebenarnya berdampingan. Lihatlah!"