"Kenapa ukiran ini tidak bercahaya seperti waktu aku diserang hantu itu?" katanya penasaran.
"Ah, mungkin ini hanya berguna saat aku dalam keadaan terdesak saja." Lalu ia menyelempangkan tombak itu di balik punggungnya.
Ia ingin sekali berjalan sekarang, namun tenaganya masih belum pulih. Lalu ia mengeluarkan secarik foto. Foto si gadis pujaannya.
"Kupikir aku bisa menemukan air suci itu, lalu bertemu denganmu. Tapi aku baru sadar, ternyata cerita itu hanya lelucon. Sekarang aku tak tahu harus bagaimana lagi." katanya sambil terus tertunduk.
Angin di gunung itu bergerak dengan lembut. Menyihir siapapun dengan sepoi -- sepoinya, termasuk si pemuda. Ia terbius oleh angin semilir, dan lama -- kelamaan ia jatuh tertidur.
Saat pulas -- pulasnya ia beristirahat, tiba -- tiba terdengar suara "Dekukur.. Dekukur.."
Suara itu membuatnya terbangun. Ia menoleh kanan kiri tapi tidak menemukan apapun. Lalu ia mendengar suara kepak sayap di belakangnya. Setelah dilihat, ternyata seekor burung merpati.
"Halo, merpati. Kau membuatku terbangun."
Lalu merpati itu berjalan menuju si pemuda. Ia berhenti persis di depannya.
"Hem.. Mau apa kau? Mau menipuku juga?"
Si merpati tak menjawab. Malah dia mengepakkan sayapnya dan terbang menuju badan si pemuda. Kejadian itu sontak membuat si pemuda menangkap merpati itu.