"Karena dia sudah dikuasai oleh keinginannya sendiri. Kalau sudah begitu, itu di luar jangkauanku."
 "Apa yang akan terjadi dengan si turis?"
"Dia tak bisa diselamatkan."
"Dia mati?"
"Begitulah. Dan dia akan memasuki lembah keabadian, persis seperti yang ia inginkan."
Â
Lalu mereka sampai di langit.
"Terimakasih, elang. Kau telah menyelamatkanku, sehingga aku masih hidup dan tak mati seperti si turis."
"Aku hanya jalan. Berterimakasihlah kepada pemilik jalan." Lalu elang tadi mengepakkan sayapnya dan terbang meninggalkan si pemuda.
Si pemuda, karena sudah mengetahui rahasia air terjun itu, memutuskan kembali ke dunia asalnya. Ia turun dari awan itu, lalu kembali ke dunia kunang -- kunang. Setelah mencari jalan keluar, akhirnya ia kembali ke pemakaman.
Si pemuda berlari, meninggalkan pemakaman itu. Tapi dia merasa ada yang aneh. Dari dalam tanah, tiba -- tiba keluarlah sebuah batu nisan, lalu tanah disekitarnya menggunduk, dan membentuk sebuah kuburan baru. Tapi yang satu itu berbeda. Kalau kuburan lain gersang dan hanya ada rumput mati, kuburan yang terakhir tampak masih basah, dan ditumbuhi oleh bunga kamboja. Dan saat malam tiba, ribuan kunang -- kunang muncul lagi. Namun jumlahnya bertambah satu, dan yang satu itu bercahaya lebih terang daripada kunang -- kunang lainnya.
Tamat
Cerita sebelumnya:
Si Turis, Seekor Elang dan Dua Benih