Ia berlari tiada henti, dan lambat laun tenaganya menipis. Ia terpojok di bawah pohon besar, dan si hantu bersiap menghisap jiwanya. Saat si pemuda sudah pasrah menyerahkan nasibnya, ia merasa ada yang mengganjal di tangannya.
Ia melihat gagang tombak itu. Di atasnya ada semacam ukiran halus bertuliskan sesuatu. Ukiran itu berpendar, lalu si pemuda membacanya.
"Kdoo-Nyan!" Ucap si pemuda, menyebut mantra yang tertulis di gagang tombak itu.
Lalu anehnya, si hantu yang sudah di depan mata, tiba -- tiba memudar sedikit demi sedikit. Ia berteriak, mulutnya menciut, badannya menguap, lalu kembali menjadi seekor kunang -- kunang yang cahayanya redup.
Si pemuda masih terengah nafasnya. Tapi ia lega karena hantu itu sudah hilang dari hadapannya.
Setelah menata nyawanya, ia melanjutkan berjalan lagi. Â Sampai akhirnya ia melihat tebing, tapi tebing itu aneh.
Ada semacam lubang yang melayang di atasnya. Dari jauh samar -- samar ia melihat, ada seorang tak dikenal sedang berdiri di bawah lubang itu.
Lalu orang asing itu masuk ke lubang itu. Si pemuda ingat perkataan orang gunung, kalau orang gunung sedang membuntuti dua orang asing yang juga mencari air itu.
Si pemuda tak tahu siapa orang itu. Tapi ia sudah terlanjur disana. Ia pun membuntuti orang itu diam -- diam, berlari dan melompat ke dalam lubang yang mengantarnya ke langit tanpa batas.
Tamat
Cerita sebelumnya: