Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mitigasi Perilaku Belanja di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Dewasa Ini

28 Januari 2025   23:23 Diperbarui: 29 Januari 2025   20:20 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi digital atau internet, khususnya rupa-rupa aplikasi di "gawai" atau "smartphone" mempermudah dan membantu aktivitas umat manusia. Sehingga menggeser gaya hidup, dan perilaku sehari-hari bekerja, interaksi sosial maupun memenuhi kebutuhan.

Salah satu berkat kemajuan era digital menarik diperbincangkan adalah perubahan atau pergeseran perilaku pembelian (Buying Behavior) masyarakat lewat gawai, atau platform toko online (e-commerce) yang sedang marak.

Trend peningkatan belanja online secara global pada tahun 2024 diperkirakan bernilai $ 6.31 triliun. Sedangkan transaksi belanja di Indonesia di tahun yang sama mencapai Rp. 487 triliun.

Worldpanel, perusahaan riset pasar, lewat Account Director, Nafira Meutia, Rabu (15/1/2025) mengatakan warga Indonesia makin kencang belanja online di platform e-commerce, sebanyak 30 % orang Indonesia membeli secara online, frekuensinya 2,8 kali lebih tinggi daripada belanja offline, dan belanja online mengalami pertumbuhan sebesar 43 %.

Tidak dapat dipungkiri, perkembangan zaman dan kemajuan teknologi telah merubah gaya pembelian produk atau jasa oleh masyarakat Indonesia. Trend atau gaya hidup (Life Style) itu tidak dapat dihindari karena sesuai panggilan zaman. 

Namun untuk menghindari efek negatif merugikan seseorang, terutama untuk memitigasi gangguan keuangan pribadi diperlukan kebijakan antisipasi.

Impulsive Buying, perilaku atau kebiasaan membeli barang tanpa direncanakan dan cenderung membeli produk yang tidak dibutuhkan serta kurang memiliki manfaat merupakan fenomena gaya pembelian mengkuatirkan, karena perilaku ini dapat menimbulkan gangguan keuangan, terlilit utang, stress dan menyesal.

Ironisnya banyak orang terjebak gaya belanja "Coping Mechanism", yaitu melakukan belanja atau membeli barang untuk mengatasi stress, mengurangi ketegangan dan masalah. Dengan harapan lewat belanja diharapkan suasana emosional lebih baik, atau merasa lebih nyaman.

Impulsive Buying tidak jadi masalah sejauh sesuai dengan anggaran, tidak menimbulkan jeratan utang, terutama tidak mengganggu kondisi keuangan seseorang maupun anggaran belanja rumah tangga.

Tetapi sering terjadi justru sebaliknya, gaya belanja irasional justru menimbulkan masalah dibelakang hari, seperti pemborosan, defisit keuangan karena terlilit lingkaran setan cicilan dan bunga utang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun