Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Makna Strategis Presiden Prabowo Tamu Kehormatan India

24 Januari 2025   01:42 Diperbarui: 24 Januari 2025   06:35 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden Prabowo Subianto Kamis 23 Januari 2025 melakukan kunjungan kenegaraan ke Republik India, akan melakukan pertemuan dengan Presiden India Draupadi Murmu dan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Menariknya, selain melakukan pertemuan bilateral, Presiden Prabowo diundang sebagai tamu kehormatan pada perayaan hari Republik India ke- 76 yang dirayakan tanggal 26 Januari 2025.

Sedemikian istimewa-kah Indonesia dan Presiden Prabowo Subianto dimata pemerintah Republik India ?

Sudah barang tentu ada pertimbangan khusus sehingga Presiden Prabowo memperoleh perlakuan khusus sebagai tamu kehormatan.

Selain pertimbangan dan kepentingan strategis ke depan, secara historis India dan Indonesia memiliki kedekatan bathin dan diplomasi sejak era awal kemerdekaan Indonesia.

Mencermati trend atmosfir geopolitik dan geoekonomi kawasan Indo-Pasifik saat ini, pertemuan bilateral dilakukan pemimpin kedua negara memilik makna strategis dan penting untuk diplomasi ekonomi, serta memperkuat sinergi kerjasama politik membicarakan skenario mitigasi potensi konflik akibat terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, dan potensi konflik Laut China Selatan.

Mempertimbangkan posisi India selama ini aktif di BRICS Plus (Brazil, Rusia, India dan China) ditambah berapa negara yang kemudian ikut gabung, dan QUAD (Dialog keamanan segi empat : Australia, India, Jepang dan Amerika Serikat, maka India memiliki peran penting di kawasan Asia Pasifik yang kemudian oleh Amerika diberikan sebutan Indo-Pasifik.

Tidak dapat dipungkiri, keberadaan QUAD tidak jauh dari kepentingan untuk mempertahankan hegomoni Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik dan mitigasi kebangkitan China sebagai sebuah negara besar kekuatan baru berpengaruh di kawasan ini.

Posisi India yang strategis tersebut memungkinkan India sebagai negara "Kutub Ketiga" secara geopolitik dan geoekonomi di tengah potensi konflik akibat perang dagang di kawasan Asia Pasifik. 

Indonesia memiliki kepentingan besar terhadap peran India melakukan diplomasi menjaga stabilitas kawasan karena secara geografis Indonesia berada diantara Samudera Hindia dan Pasifik akan tertimpa efek paling besar jika terjadi konflik.

India sendiri memandang posisi Indonesia sangat  penting dan strategis sebagai mitra regional, selain sudah ikut bergabung masuk BRICS, politik luar negeri Indonesia yang menganut sikap bebas aktif selaras dengan kebijakan pemerintah India yang pada esensinya tidak sepakat terjadi konflik di wilayah ini. 

Dalam diplomasi politik luar negeri, India lebih memilih philosopi "No Money but Hey Honey", artinya tak ada uang, tapi ada kata hai sayang. Prinsifnya bukan hanya uang tujuan utama, tetapi persahabatan, perdamaian dan kasih sayang.

Pandangan politik luar negeri kedua negara, India dan Indonesia, pada esensinya sama sehingga layak jadi mitra strategis secara geopolitik dan geoekonomi. Secara ekonomi juga kedua negara memiliki kesamaan sejarah dan dasar perjuangan, yaitu India sejak awal lebih condong menganut sistem ekonomi Swadesi, sedangkan secara historis Indonesia memilih sistem ekonomi Berdikari atau berdiri diatas kaki sendiri.

Ditengah persaingan kekuatan besar semakin ketat di kawasan Indo-Pasifik, dan terjadinya reorientasi kebijakan Amerika yang memprioritaskan kepentingan ekonomi domistik, India dan Indonesia berada di tengah tarik menarik kepentingan geopolitik dan geoekonomi itu.

Dengan kondisi demikian justru India dan Indonesia memiliki potensi yang sama sebagai "Poros Ketiga" untuk memperkuat pengaruh diplomatik dan membuka dialog, tidak berpihak sehingga fokus membangun ketahanan ekonomi dalam negeri untuk lebih mandiri lewat hilirisasi, serta memperkecil defisit perdagangan terutama dengan China.

Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke India kali ini merupakan momentum tepat meningkatkan kerjasama ekonomi, peragangan dan investasi bagi kedua belah pihak, karena selama ini juga telah menjalin kerjasama ekonomi yang baik, kedua negara sama-sama memiliki potensi ekonomi dan potensi pasar domestik besar dengan memiliki jumlah populasi penduduk sangat besar.

Pertemuan itu alangkah baiknya jika fokus untuk menjaga jarak terhadap persaingan maupun konflik yang ada dalam kerjasama multilateral, dan mengutamakan kerjasama bilateral dalam bidang ekonomi terutama kerjasama perdangan oleh kedua negara.

Selama ini India merupakan salah satu tujuan ekspor batubara dan minyak mentah kelapa sawit dari Indonesia , anggota BRICS memiliki potensi pasar sebesar 42 persen dari pasar dunia yang menarik untuk digarap oleh Indonesia.

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS menjadikan India sebagai mitra strategis Indonesia melakukan diplomasi geoekonomi demi kepentingan Indonesia sebagaimana manfaat yang diperoleh Afrika Selatan setelah bergabung dengan BRICS. Kemudian Indonesia juga dapat melakukan negosiasi dengan NDB (New Development Bank) lewat BRICS dengan tetap mempertimbangkan indepensi dan menghindari ketergantungan dengan China.

Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden India Draupadi Murmu dan PM Narendra Modi kiranya mampu memperkuat kolaborasi ekonomi serta memperkuat pengaruh diplomasi global di tengah persaingan kekuatan besar yang semakin ketat di kawasan Indo-Pasifik, terutama potensi terjadi konflik di  Laut China Selatan.

Indonesia dan India selain memiliki potensi sebagai "Poros Ketiga ditengah persaingan sengit, kedua negara memiliki potensi mempertahankan stabilitas ekonomi makro yang didorong oleh pasar domestik dengan jumlah penduduk besar yang berpotensi sebagai pasar konsumen.

Indonesia sendiri kiranya mampu memanfaatkan diplomasi dengan India untuk membuka pasar ekspor, terutama mengundang investor ke dalam negeri di tengah kesempatan berharga yang diberikan pemerintah India kepada Presiden Prabowo Subianto sebagai undangan istimewa kali ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun