Namun yang jadi perdebatan menarik dan mengundang rasa humoris adalah sikap Donald Trump sendiri yang rada nyentrik dan tidak konsekuen dengan ucapannya sendiri. Pada masa kampanye dan pidato perdana Trump berapi-api mengatkan akan mengutamakan kepentingan meningkatkan kesejahteraan dalam negeri lewat cara perang tarif maupun pajak.
Tetapi baru beberapa hari setelah pelantikannya, Trump malah mengatakan batal menerapkan tarif impor dan menginstruksikan jajaran pemerintahannya melakukan investigasi terhadap persoalan defisit perdagangan Amerika Serikat, serta mengkaji ulang perjanjian perdagangan yang ada selama ini, terutama meninjau pakta perdagangan antara Amerika Serikat dengan China maupun perjanjian perdagangan dengan Meksiko.
Itulah ke-nyentrik-an Donald Trump, suka ngomong ceplos dan apa adanya, tetapi kemudian menganulir ucapannya. Susah ditebak tetapi sesungguhnya beliau sedang dihadapkan pada kondisi berat untuk memulihkan perekonomian dalam negeri Amerika Serikat, dan butuh resep khusus untuk memperbaikinya.
Perang tarif atau mengenakan pajak ekspor tinggi kepada negara lain sesungguhnya bukan kebijakan bijaksana dan efektij karena justru bisa menimbulkan goncangan ekonomi global maupun terhadap ekonomi dalam negeri Amerika Serikat sendiri. Karena perang tarif bisa menimbulkan kenaikan harga-harga yang akhirnya menekan daya beli masyarakat di dalam negeri Amerika maupun diseluruh belahan dunia yang kemudian akan berdampak terhadap kelesuan ekonomi dunia.
Dari gejala yang nampak secara kasat mata itu, maka diprediksi kebijakan luar negeri Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Presiden Donald Trump akan dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi, terutama keuntungan yang dapat dipetik oleh Amerika Serikat.Â
Panas dingin hubungan maupun diplomasi antara Amerika Serikat dengan China, maupun terhadap kawasan Indo-Pasifik akan dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan keuntungan bagi Amerika Serikat. Jika kepentingan ekonomi mereka terganggu maka mereka akan reaktif, bahkan siap melakukan perang dingin maupun perang sesungguhnya.
Jika kepentingan mereka terpenuhi maka Negeri Paman Sam akan jadi sahabat yang baik bagi siapa pun. China sendiri paham betul dengan karakter orang Amerika itu, maka demi kepentingan ekonomi China jalan negoisiasi seagai andalan pebisnis ulung akan dilakukan.
Perlu diingat kembali bahwa Amerika Serikat terkenal dengan philosopy hidup "There is no free lunch", tidak ada makan siang gratis. Lagi pula melakukan perang itu tidak murah, butuh dana besar. Dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang tidak baik-baik saja maka melakukan perang sama saja sebagai tindakan bunuh diri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI