Yaitu mengutamakan kepentingan Amerika diatas segalanya dengan slogan "AMERIKA FIRST"  yang pada intinya berarti "Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat mengutamakan kepentingan nasional Amerika Serikat",  dan akan bekerjasama dengan negara-negara sekutunya mengutamakan kepentingan mereka, serta melawan bersama musuh atau yang menghalangi rencana mereka.
Indikasi itu semakin terlihat secara kasat mata, yaitu lewat pertemuan pertama yang dilakukan Marco Rubio dengan Menteri Luar Negeri negara-negara anggota Quat, Selasa, 21 Januari 2025. Quat  adalah perkumpulan negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, India dan Jepang yang bertujuan untuk mengantisipasi atau menangkis Agresivitas China, terutama di kawasan Indo-Pasifik dan berupaya untuk mempertahankan kawasan itu sebagai wilayah yang bebas dan terbuka.Â
Menurut Marco Rubio, pertemuan itu akan dilanjutkan dengan pertemuan pimpinan negara anggota Quat. Â
Keseriusan pertemuan itu tidak dapat dipungkiri sebagai pertanda Amerika Serikat bersama Negara anggota Quat akan menjadikan China sebagai musuh bersama dengan mengangkat issu menolak keras langkah-langkah unilateral, mempertahankan hukum internasional, mempertahankan peluang ekonomi dan menjaga perdamaian serta stabilitas keamanan, terutama keamanan maritim.
Pertemuan Quat mengingatkan banyak pihak terhadap kebijakan luar negeri Joe Biden sebelumnya yang arahnya sama menjadikan China sebagai rival berat.
Terutama tentang keberadaan dan kelanjutan AUKUS, yaitu aliansi pertahanan trilateral Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang sepakat melakukan kerjasama pengembangan komputasi kuantum, persenjataan hipersonik, kecerdasan buatan (artificial inteligence)Â dan keamanan siber. Terutama memasok kapal selam nuklir untuk Australia.
Kapal selam nuklir diklaim untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas kawasan, terutama di kawasan Laut China Selatan, maupun kawasan Indo-Pasifik.Â
Konon Australia sangat memiliki kepentingan besar terhadap kerjasama pertahanan trilateral ini untuk lebih memastikan pasokan kapal selam bertenaga nuklir, senjata canggih dan rudal hipersonik.
Banyak kalangan mengecam kebijakan kerjasama ini karena dianggap sebagai cikal bakal  yang bisa melahirkan perang dingin gaya baru hanya karena kekuatiran berlebihan terhadap China, dan untuk menjaga kepentingan ekonomi mereka di kawasan Indo-Pasifik.
Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat semasa kampanye dan saat pidato perdananya setelah dilantik kerap mengungkapkan akan melakukan kebijakan khusus menerapkan tarif tinggi terhadap produk ekspor dari China dengan mengatakan "Daripada mengenakan pajak kepada warga negara kita untuk memperkaya negara lain, kita akan mengenakan tarif dan pajak kepada negara asing untuk memperkaya negara kita".
Jelas sekali terungkap sesungguhnya rivalitas yang terjadi sebenarnya dipicu oleh kepentingan ekonomi dan keuntungan bisnis bagi Amerika Serikat, namun kepentingan ikut bisa memicu perang. Kepentingan ekonomi memang harus jadi tujuan utama dibawah kepemimpinan Donald Trump karena sesungguhnya kondisi ekonomi Amerika Serikat saat ini tidak baik-baik saja. Hal ini dapat dilihat dari nilai defisit perdagangan Amerika Serikat mencapai 1 triliun pertahun.