Kontraversi pagar laut Tangerang tidak cukup dilihat dari sudut pandang hukum, mencari apa yang salah dan siapa pelakunya. Â Memang ironis, sampai hari ini tidak diketahui siapa pelaku dan pemilik hamparan laut yang di pagar.Â
Sesungguhnya, jika ada niat pemangku kepentingan melakukan investigasi serius, tidak susah amat menemukan "master mind"-nya.
Oleh karena itu, lebih menarik membicarakan sisi lain yang tersirat dibalik selubung ke-heboh-an pagar laut Tangerang lewat cara melihatnya dari sisi kaca mata kepentingan bisnis dan membandingkan nilai Jual tanah atau lahan di Jakarta sampai hari ini dibandingkan lahan di IKN (Ibu Kota Nusantara), Penajam Paser Utara, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Suka tidak suka, pagar laut Tangerang merupakan salah satu bukti kasat mata bahwa pengembang (developer), terutama pihak investor pemagaran, memiliki rencana bisnis penguasaan lahan untuk kemudian dijadikan lokasi pengembangan dan penjualan property.
Hamparan laut dipagar dan hendak ditimbun, menjadi salah satu indikator bahwa jual beli lahan tanah dan property di Jakarta masih menggiurkan dan menjanjikan keuntungan besar, sehingga ada investor siap menggelontorkan dana sampai ke hamparan laut teluk Jakarta.
Jadi pertanyaan, kenapa membeli dan investasi tanah di seputaran IKN tidak se-semarak seperti kasus di Jakarta, padahal secara logika ekonomi dan mempertimbangkan sisi prospek bisnis, semestinya kawasan IKN sebagai cikal bakal kota pusat pemerintahan lebih menjanjikan margin profit lebih cemerlang.
Bukan kah itu sebuah anomali ?
Mengemuka dan viralnya cerita pagar laut Tangerang yang konon tidak bisa dipisahkan sebagai rencana kelanjutan "success story"  kota baru futuristik Pantai Indah Kapuk 1 dan 2. Tetapi dibalik kasus pemagaran laut Tangerang nampak jelas ada motif bisnis menggiurkan, dan sebaliknya menunjukkan indikator bahwa pamor Jakarta sebagai kota Metropolitan sebenarnya masih lebih menarik bagi masyarakat dan pengusaha sampai saat ini.
Jika dilakukan kilas balik ke belakang, proses pembangunan IKN sebagai salah satu kota baru yang diharapkan suatu saat mampu menggantikan kota Jakarta, sejak awal sudah mengundang tanda tanya terhadap gejala minimnya minat pengusaha maupun investor. Bahkan pemerintah sampai mencari investor ke luar negeri, dan memberikan insentif khusus bagi pengusaha domestik agar sudi berinvestasi.
Fenomena itu wajar menimbulkan tanda tanya besar bagaimana sesungguhnya prospek IKN, dan apakah pembangunan IKN menyisakan keraguan bagi para investor ?. Â Pertanyaan itu dari hari ke hari justru semakin mengusik keingintahuan publik apa sesungguhnya terjadi di balik pembangunan IKN, jangan-jangan banyak hal yang disembunyikan dan tidak diketahui publik tetapi dipahami oleh para investor sehingga enggan menanamkan modal kesana.
Ketidak tertarikan berinvestasi di IKN, dan fenomena yang memperlihatkan masih sangat tinggi minat investor berbisnis lahan dan properti di Jakarta sampai hari ini hingga laut juga ingin di timbun menjadi salah satu bahan permenungan bahwa sesungguhnya kota Jakarta dan sekitarnya masih lebih diminati serta lebih menjanjikan.
Pemagaran laut Tangerang tidak mungkin dilakukan tanpa kalkulasi bisnis, dan pelaku mustahil berani melakukan itu tanpa ada dukungan dari pemangku kepentingan, khususnya dari pihak penguasa di negeri ini. Tidak ada pengusaha rela menghamburkan danyanya jika tidak ada kepastian dan jaminan kelangsungan bisnisnya.
Jika benar pemagaran itu memperoleh dukungan dari penguasa, atau setidak dijanjikan akan memperoleh legalitas, maka semakin terang menderang lah bahwa sesungguhnya IKN tidak memiliki prospek yang baik hingga saat ini. Dan Jakarta masih jadi pilihan paling menjanjikan sesungguhnya.
Itulah anomali di tengah "gebyar" pembangunan IKN yang selama di gaungkan sebagai sebuah proyek futuristik dan diklaim memiliki progres sangat menjanjikan.  Namun semesta memberikan sinyal untuk membuka mata kita lewat kasus pemagaran pantai Tangerang bahwa daya tarik IKN tidak seindah apa yang dipublikasikan lewat media, khusnya media sosial dan para buzzer selama ini.
Jakarta, khususnya Tangerang masih lebih menarik dibandingkan IKN sampai hari ini, setidaknya bagi para investor atau pebisnis property. Maka timbul pertanyaan "Bagaimana nasib IKN kedepannya ?"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI