Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Puasa Gereja Katolik antara Pertobatan, Solidaritas dan Subsidiaritas

29 Maret 2024   18:12 Diperbarui: 29 Maret 2024   18:15 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Katolik Media

Dalam Khotbah di Bukit, Yesus bersabda tentang Puasa : 

"Apabila kamu berpuasa, Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang puasa. Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya mereka sudah mendapatkan upahnya."

"Tetapi apabila kamu berpuasa, minyakilah kepalamu, dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa kau sedang puasa. Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang melihat tersembunyi akan membalasnya kepadamu"

Menurut Hukuk Kanonik Gereja Katolik (1249) : Semua orang beriman Kristiani wajib menurut cara masing--masing melakukan tobat demi hukum Illahi, tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman Kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang menurut kanon.

Umat Katolik selama masa Prapaskah, selama 40 hari, diesebut juga masa ziarah menjelang Paskah,  wajib menjalankan puasa, yaitu terutama pada "Hari Rabu Abu" dan "Jumat Agung" bagi semua umat beriman usia 18 tahun sampai awal umur 60 tahun. 

Sedangkan pantang makan daging, atau makanan lain hendaknya dilakukam setiap hari Jumat sepanjang tahun. Kecuali hari Jumat tersebut kebetulan jatuh pada hari raya tertentu.

Puasa atau pantang bagi umat Katolik bukan soal makan dan minum semata, melainkan sebagai latihan rohani. Lebih menekankan pada sikap, bathin, pertobatan, penyangkalan dan pengendalian diri, serta berempati kepada orang miskin atau hidup orang susah dalam tindakan solidaritas dan subsidiaritas.

Oleh karena itu selama masa Prapaskah, umat Katolik selain melakukan tradisi puasa dan berpantang, juga menjalankan tradisi "Aksi Puasa Pembangunan" (APP) yang akan didistribusikan kepada orang yang membutuhkan bantuan, terutama kepada kaum miskin.

Puasa atau Pantang dilakukan sebagai ekspresi rasa haus dan lapar kepada Tuhan, dengan mengorbankan kesenangan pribadi,  dan keuntungan pribadi  dengan cara ber- pantang dan puasa. Misalnya pantang daging, rokok, gula, garam dan hiburan. Uang yang semestinya dikeluarkan membayar konsumsi produk tertentu itu disisihkan, dan ditabung kemudian diserahkan ke Gereja sebagai "Aksi Puasa Pembangunan".

Oleh karena itu Puasa bagi Umat Katolik dilakukan secara bersamaan dengan "Berpuasa" dan "Berderma", atau membantu kesusahan orang lain. Dengan berpuasa, umat Katolik selain melakukan pertobatan mengurangi nafsu duniawi, atau kelekatan duniawi dan kesenangan sesaat, baik berbentuk makanan, minuman dan hobby, secara bersamaan dalam berpuasa umat Katolik mengekspresikan sikap empati terhadap sesama umat manusia yang sedang dilanda kesusahan.

Puasa bagi umat Katolik, selain membangun relasi pribadi (interpersonal) dan relasi umat beriman dengan Tuhan (relasi religius), puasa dan pantang juga membangun relasi pribadi dengan orang lain (relasi sosial). Dengan demikian lewat puasa, khususunya Aksi Puasa umat Katolik dan Gereja Katolik bertindak aktif membantu mengatasi kemiskinan, dan mengurangi jurang antara orang kaya dengan orang miskin selaras dengan "Ensiklik Populorum Progressio" Paus Paulus VI.

Gereja Katolik Universal sebenarnya tidak mewajibkan bentuk aksi puasa ini, tetapi memberikan kebebasan kepada gereja domestik untuk melakukannya, sehingga Aksi Puasa Pembangunan atau sering disebut dengan APP ini merupakahan salah satu ciri khas Gereja Katolik di Indonesia.

Dana APP ini sebagai aksi pengumpulan dana selama masa Prapaskah di Paroki, Lembaga Hidup Bakti, Lembaga Gerejawi, Lembaga Pendidikan, kelompok kategotial dan termasuk kolette Minggu Palma. Dana APP ini dikelola oleh Panitia APP Keuskupan maupun Kevikepan yang diperuntukkan dan disalurkan kepada orang berkekurangan atau yang ingin membangun kemandirian hidup. Terutama diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan, papan maupun untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Dan dana ini bukan hanya diperuntukkan bagi umat Katolik.

Jelas diuraikan bahwa Puasa dan Pantang bagi Umat Katolik selama masa Prapaskah bukan hanya sebagai ritual iman atau pertobatan mengikuti sengsara Yesus di salibkan , tetapi didalamnya terkandung perbaikan sikap untuk bertindak lebih mulia, yaitu peduli terhadap penderitaan orang lain (Solidaritas), dan dengan ikhlas membantu orang lain (Subsidiaritas).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun