Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Puasa Gereja Katolik antara Pertobatan, Solidaritas dan Subsidiaritas

29 Maret 2024   18:12 Diperbarui: 29 Maret 2024   18:15 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Katolik Media

Puasa bagi umat Katolik, selain membangun relasi pribadi (interpersonal) dan relasi umat beriman dengan Tuhan (relasi religius), puasa dan pantang juga membangun relasi pribadi dengan orang lain (relasi sosial). Dengan demikian lewat puasa, khususunya Aksi Puasa umat Katolik dan Gereja Katolik bertindak aktif membantu mengatasi kemiskinan, dan mengurangi jurang antara orang kaya dengan orang miskin selaras dengan "Ensiklik Populorum Progressio" Paus Paulus VI.

Gereja Katolik Universal sebenarnya tidak mewajibkan bentuk aksi puasa ini, tetapi memberikan kebebasan kepada gereja domestik untuk melakukannya, sehingga Aksi Puasa Pembangunan atau sering disebut dengan APP ini merupakahan salah satu ciri khas Gereja Katolik di Indonesia.

Dana APP ini sebagai aksi pengumpulan dana selama masa Prapaskah di Paroki, Lembaga Hidup Bakti, Lembaga Gerejawi, Lembaga Pendidikan, kelompok kategotial dan termasuk kolette Minggu Palma. Dana APP ini dikelola oleh Panitia APP Keuskupan maupun Kevikepan yang diperuntukkan dan disalurkan kepada orang berkekurangan atau yang ingin membangun kemandirian hidup. Terutama diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan dasar sandang, pangan, papan maupun untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Dan dana ini bukan hanya diperuntukkan bagi umat Katolik.

Jelas diuraikan bahwa Puasa dan Pantang bagi Umat Katolik selama masa Prapaskah bukan hanya sebagai ritual iman atau pertobatan mengikuti sengsara Yesus di salibkan , tetapi didalamnya terkandung perbaikan sikap untuk bertindak lebih mulia, yaitu peduli terhadap penderitaan orang lain (Solidaritas), dan dengan ikhlas membantu orang lain (Subsidiaritas).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun