Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merindukan Aktivis Mahasiswa Manusia Pembelajar

28 Maret 2024   14:28 Diperbarui: 28 Maret 2024   14:42 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian manusia pembelajar termotivasi untuk terus belajar dari realita, dan menambah wawasan lebih luas lewat membaca literatur. Karena sadar akan kompleksnya masalah maka manusia pembelajar termotivasi untuk memperoleh banyak referensi lewat baca literatur maupun lewat dialog, diskusi maupun seminar.

Dengan demikian para aktivis mahasiswa sebagai manausia pembelajar justru lebih haus akan pengetahuan, ingin memperluas wawasan dan keterampilan.

Maka terlalu naif jika mengatakan aktivis mahasiswa lalai belajar karena terlalu sibuk ikut kegiatan organisasi.

Memang aktivis mahasiswa dituntut mampu melakukan pengendalian diri dan mengatur keseimbangan waktu (time management) antara kepentingan studi di kampus dan aktivitas di organisasi.

Jika mampu menjaga keseimbangan itu, kemudian lulus kuliah dengan nilai bagus maka mereka sesungguhnya memiliki potensi besar sukses dalam dunia karir, dan memiliki skill dasar kepemimpinan mumpuni sebagai pemimpin masa depan andalan masyarakat, bangsa dan negara.

Oleh karena itu jangan terburu-buru memandang sinis keberadaan aktivis mahasiswa, karena suka tidak suka merekalah sumber daya manusia potensial, dan memiliki kemamluan berpikir lateral, yaitu berpikir dengan cara lain dari yang lain, kreatif dan inovatif.

Dunia berubah dengan cepat, bahkan sering lebih cepat dibandingkan kemampuan manusia merubah dirinya sendiri. Lerubahsm itu hanya bisa ditaklukkan oleh manusia pembelajaran yang terbiasa kreatif dan inovatif, kritis dan memiliki perasaan halus atau empati.

Mahasiswa kita saat ini memang sering terjebak dalam gaya hidup serba instan dan pragmatis, atau ingin serba cepat, terutama ingin cepat kaya.

Institusi perguruan tinggi juga terjebak menyediakan kultur pendidikan yang ingin serba cepat, yaitu dengan cara menerapkan sistem SKS, termasuk sistem kuliah semester pendek.

Perguruan tinggi tak ubahnya hanya bagaikan bangunan pabrik, memproduksi sarjana dengan barometer IPK dan Cum Laude sebagai ukuran kesuksesan study, bukan skill jadi ukuran.

Padahal dunia kerja membutuhkan skill dibandingkan pengetahuan, karena dalam dunia pekerjaan bukan hanya dibutuhkan menyelesaikan pekerjaan dengan teoat waktu, tetapi dibutuhkan efisiensi dan efektifitas lewat kemampuan kreatif dan inovatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun