Jadi niat membentuk koalisi permanen tak ubahnya hanya sebuah akal-akalan mengatasnamakan demi Indonesia Maju tanpa disadari justru mengerdilkan peran presiden yang akan datang.
Tidak bisa dilupakan di barisan pendukung koalisi Prabowo Subianto ada partai-partai besar yang harus diperhitungkan kekuatannya, seperti Partai Golkar dan Gerindra.
Apakah mereka dengan begitu saja ikhlas dikendalikan oleh orang di luar internal mereka, apalagi nanti setelah tidak sebagai presiden Jokowi tidak merupakan pimpinan partai besar.
Ironisnya lagi, usulan itu datang dari PSI terkesan ingin berada di barisan terdepan memimpin orkestra koalisi, sementara Prabowo Subianto sendiri memilih tidak bicara banyak tentang format koalisi dan kabinet ke depan.Â
Sangat Ironis.
Jangan-jangan ambisi melanggengkan pengaruh Jokowi pasca tidak sebagai presiden merupakan skenario tak terpisahkan dari adanya keinginan atau usulan memperpanjang periode kepemimpinan Jokowi sebelumnya.
Gagal dengan ide 3 periode dan penundaan pemilu, dikemas lagi dengan format "Koalisi Permanen" menjadikan Jokowi sebagai pimpinan.
Mencurigakan, jangan-jangan ada hal penting mesti diamankan lewat jalan satu-satunya melanggengkan pengaruh kekuasaan selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H