Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pilot Tertidur Saat Terbang Potret Riskan Nasib Penumpang Pesawat

9 Maret 2024   23:29 Diperbarui: 10 Maret 2024   17:03 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media massa mainstream maupun media sosial sedang heboh tentang pilot dan co-pilot Batik Air Indonesia tidak sengaja tertidur selama 28 menit dalam penerbangan dari Kendari -Sulawesi ke Jakarta, 25 Januari 2024 lalu.

Menurut Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), kejadian bermula saat pilot dan co-pilot pilot mengoperasikan penerbangan ID6723 dan telah mencapai ketinggian jelajah, kedua awak melepas headset, Pilot permisi ke co-pilot untuk tidur.

Kemudian co-pilot mengambil alih sebagai pilot, beberapa saat kemudian saat penerbangan itu masih terjadi kontak awal dengan pengatur lalulintas udara Jakarta.

Sekitar satu menit setelah kontak, pusat kendali wilayah Jakarta menanyakan berapa lama perlu terbang pada jalur itu, namun tidak mendapat tanggapan. Beberapa upaya menghubungi pesawat itu dilakukan, termasuk meminta pilot lain memanggil awak pesawat itu.

Diperkirakan setelah sekitar 28 menit co-pilot yang mengendalikan pesawat tertidur, kapten / pilot terbangun dan menyadari pesawat tidak berada di jalur yang benar 

Kapten membangunkan rekannya, kemudian menjawab panggilan pusat kendali wilayah Jakarta dengan mengatakan mereka "mengalami masalah komunikasi radio".

Pesawat kemudian dengan selamat mendarat di Jakarta, tidak ada terjadi kecelakaan.  Penumpang dan Crew pesawat bernasib baik karena dengan selamat sampai di tujuan.

SEBUAH PERENUNGAN

Pesawat merupakan moda transportasi familiar bagi kita. Umumnya kita sudah tidak asing lagi mempergunakan pesawat bepergian.

Membaca berita tentang pilot tanpa sengaja tertidur saat mengendalikan pesawat terbang seperti yang terjadi pada Batik Air ini tentu kita merinding, kaget dan membayangkan peristiwa mengerikan kecelakaan pesawat terbang.

Kelalaian pilot dan co-pilot yang terjadi tanpa sengaja, dan di luar kendali dirinya karena tertidur bisa jadi penyebab utama terjadinya kecelakaan fatal menyebabkan semua penumpang dan Crew Pesawat meninggal dunia.

Jika peristiwa itu terjadi maka penyebabnya adalah "human error", bukan kesalahan teknis pesawat tetapi kesalahan manusia, yaitu pilot dan co-pilot.

Artinya, secanggih apa pun pesawat itu kunci utama keselamatan penerbangan ternyata manusia itu sendiri.

Hal ini sebagai bahan refleksi bagi kita, terutama bagi operator penerbangan dan pihak yang bertanggungjawab atas keselamatan penerbangan bahwa unsur sumber daya manusia merupakan asset sangat penting diperhatikan .

Manajemen badan usaha penerbangan barang tentu jadi pihak paling diutamakan memberi perhatian terhadap arti pentingnya sumber daya manusia. 

Bukan sebaliknya mengutamakan asset finansial terutama profit di atas arti penting sumber daya manusia.

Bukan rahasia umum lagi bahwa ada beberapa perusahaan operator penerbangan terkesan mengeksploitasi karyawan dan Crew Pesawat dengan dalil efisiensi biaya sebagai strategi memperoleh profit.

Para Crew pesawat baik kapten, co-pilot dan pramugari sering mengeluh atas beban kerja mereka yang adakalanya dalam satu hari melakukan penerbangan ke beberapa kota secara berantai.

Beban kerja seperti itu terutama berlaku di pesawat yang mengandalkan "Low Cost" atau berbiaya murah, terutama murah menjual tiket penerbangan.

Terutama kelelahan bagi Crew sangat terasa ketika melakukan shift penerbangan malam hari hingga subuh. Sama halnya dengan yang dirasakan Crew pesawat Batik Air yang tertidur tanpa sengaja ini.

Mereka berangkat dari Jakarta ke Kendari pada tengah malam lewat menjelang subuh, yaitu terbang dari Jakarta pukul 02.55 WIB dari Jakarta, dan Jam 1.25 WIB pesawat melakukan login, artinya Crew sudah di pesawat.

Penerbangan itu butuh waktu  2 jam 35 menit sampai tujuan.  Sesampainya di tujuan beberapa saat kemudian mereka harus melakukan penerbangan kembali ke Jakarta.

Artinya semalaman itu para Crew pesawat dituntut oleh pekerjaan mereka untuk begadang, atau tidak tidur.

Ironisnya, menurut pengakuan co-pilot, k dia sendiri sebenarnya sebelumnya kurang jam tidur karena terganggu membantu istrinya menangani anak kembarnya yang rewel saat tidur.

Maka faktor kurang tidur menyebabkan co-pilot tanpa sengaja tertidur saat mengambil alih tugas mengendalikan pesawat. Murni tanpa sengaja oleh dirinya.

Sedangkan kapten dengan jujur mengakui permisi kepada rekannya untuk tidur karena mengantuk pengaruh penerbangan sebelumnya menyebabkan dirinya kurang tidur.

Peristiwa tidur dan tertidur oleh Pilot dan Co-Pilot jelas memperlihatkan faktor kelelahan fisik penyebab utama terjadinya gangguan dalam bekerja, serta rawan menimbulkan kecelakaan fatal penerbangan merenggut ratusan nyawa manusia.

Peristiwa ini cukup dari lebih memberi bahan perenungan dan pembelajaran bagi semua pihak untuk menyadarkan arti penting memperhatikan keselamatan penerbangan dari sisi "human error".

Hal ini, selain pelajaran berharga bagi operator penerbangan, kiranya tidak menjadikan kita semakin kuatir mempergunakan moda transportasi udara.

Ada asumsi di benak publik, bahwa semakin banyak seseorang mengetahui seluk beluk penerbangan justru membuat seseorang makin kuatir terbang naik pesawat.

Para operator penerbangan juga tidak cukup hanya meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan penerbangan, tetap harus mampu juga menghilangkan rasa kuatir penumpang pesawat.

Kali ini penerbangan Batik Air ini patut kita syukuri tidak tertimpa musibah dan selamat mencapai tujuan. Tetapi tidak menutup kemungkinan di penerbangan lain bisa saja terjadi kecelakaan bila kejadian yang sama "Pilot Tertidur" terjadi kembali.

Kesimpulan terpenting yang dapat diperoleh dari peristiwa ini adalah pentingnya menjaga keberadaan sumber daya manusia sebagai asset sangat vital untuk keselamatan penerbangan sesungguhnya.

Manusia bukan robot pencari keuntungan perusahaan, karena secanggih apa pun teknologi pesawat saat ini, sebagai ciptaan manusia tetapi manusia sebagai unsur utama mengendalikan teknologi itu.

Oleh karena itu sangat penting menjadikan sumber daya manusia sebagai faktor utama dalam sistem maupun fungsional perusahaan.

Mari menjaga keselamatan penerbangan kita lewat jalan memanusiakan manusia jadi manusia sesungguhnya. Jauhkan prinsip mengeksploitasi manusia untuk menghindari peristiwa mengorbankan nyawa manusia dalam jumlah yang banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun