Kelalaian pilot dan co-pilot yang terjadi tanpa sengaja, dan di luar kendali dirinya karena tertidur bisa jadi penyebab utama terjadinya kecelakaan fatal menyebabkan semua penumpang dan Crew Pesawat meninggal dunia.
Jika peristiwa itu terjadi maka penyebabnya adalah "human error", bukan kesalahan teknis pesawat tetapi kesalahan manusia, yaitu pilot dan co-pilot.
Artinya, secanggih apa pun pesawat itu kunci utama keselamatan penerbangan ternyata manusia itu sendiri.
Hal ini sebagai bahan refleksi bagi kita, terutama bagi operator penerbangan dan pihak yang bertanggungjawab atas keselamatan penerbangan bahwa unsur sumber daya manusia merupakan asset sangat penting diperhatikan .
Manajemen badan usaha penerbangan barang tentu jadi pihak paling diutamakan memberi perhatian terhadap arti pentingnya sumber daya manusia.Â
Bukan sebaliknya mengutamakan asset finansial terutama profit di atas arti penting sumber daya manusia.
Bukan rahasia umum lagi bahwa ada beberapa perusahaan operator penerbangan terkesan mengeksploitasi karyawan dan Crew Pesawat dengan dalil efisiensi biaya sebagai strategi memperoleh profit.
Para Crew pesawat baik kapten, co-pilot dan pramugari sering mengeluh atas beban kerja mereka yang adakalanya dalam satu hari melakukan penerbangan ke beberapa kota secara berantai.
Beban kerja seperti itu terutama berlaku di pesawat yang mengandalkan "Low Cost" atau berbiaya murah, terutama murah menjual tiket penerbangan.
Terutama kelelahan bagi Crew sangat terasa ketika melakukan shift penerbangan malam hari hingga subuh. Sama halnya dengan yang dirasakan Crew pesawat Batik Air yang tertidur tanpa sengaja ini.
Mereka berangkat dari Jakarta ke Kendari pada tengah malam lewat menjelang subuh, yaitu terbang dari Jakarta pukul 02.55 WIB dari Jakarta, dan Jam 1.25 WIB pesawat melakukan login, artinya Crew sudah di pesawat.