Secara kasat mata, kini publik sudah tidak percaya secara utuh lagi terhadap sepak terjang Joko Widodo yang sejak awal telah terlihat ikut "cawe-cawe" dan campur tangan dalam pemilu 2024. Baik itu pengaruhnya terhadap keputusan MK merubah batas usia calon wakil presiden, maupun getolnya Joko Widodo turut berkampanye secara diam-diam untuk mendukung kemenangan salah satu pasangan capres.
Suka tidak suka, Joko Widodo dalam persepsi publik sudah terlanjur dianggap tidak akan bersikap netral, bahkan mempunyai gerakan terselubung untuk mempengaruhi kemenangan salah satu partai politik demi kepentingan pribadi dan keluarganya.
Oleh karena itu kecurigaan yang muncul terhadap diri Joko Widodo disebabkan oleh sikap Joko Widodo sendiri yang telah menabur rasa untuk tidak dipercayai lagi oleh masyarakat.
PSI sebagai partai politik yang di ketuai oleh Putra Sulungnya sudah barang tentu dianggap akan diintervensi dengan berbagai cara agar bisa lolos ke parlemen. Bukan karena ingin merealisasikan rasa sayang terhadap anak kandung, tetapi juga berguna untuk menjamin kesinambungan pengaruh kekuasaan Joko Widodo setelah tidak jadi Presiden lagi.
Memang sampai hari ini Joko Widodo dianggap sebagai pimpinan orkestra koalisi besar pendukung Prabowo Subianto, dan banyak partai politik ikut ritme yang diayunkan Joko Widodo. Tetapi tidak ada garansi hal itu akan berjalan langgeng dan selamanya manut memenuhi keinginan Joko Widodo sampai dia tidak menjabat jadi presiden lagi, itu kekuatan semu (The Illution of Strength) Joko Widodo, oleh karena itu untuk mengamankan kepentingannya berlangsung panjang kedepan tetap dia membutuhkan partai politik yang memang benar bisa dia kendalikan. Partai yang memungkinkan untuk itu adalah PSI pimpinan putra bungsunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H