Sebagaimana diketahui, karakter itu adalah terbentuk dari proses panjang pembelajaran dari kehidupan yang dijalani oleh seseorang, dan sudah terbentuk jauh hari sebelum seseorang menikah, dan sudah merupakan "Comfort Zone", atau zona nyaman yang susah di usik.
Ketika menikah, dan menyatu dalam perkawinan, bukan merupakan hal yang mudah menggeser karakter tersebut untuk diseragamkan dengan pasangan, karena akan mengganggu zona nyaman seseorang.
Bukan berarti tidak mungkin digeser atau di rubah karakter seseorang, tetapi untuk melakukannya butuh proses dan kerelaan yang timbul secara sadar dan ikhlas dari dalam diri seseorang, dan hal itu hanya dapat dilakukan lewat sebuah pengorbanan.
Kerelaan berkorban, serta menyingkirkan sikap egois merupakan syarat penting dalam membina hubungan harmonis dalam sebuah rumah tangga.
Kemudian diatas semua itu, dibutuhkan kemampuan dan kemauan untuk menerima apa adanya pasangan kita, karena seperti sudah di utarakan diatas bahwa sesungguhnya manusia memiliki perbedaan karakter satu sama lain, dan tidak bisa dipaksa agar seragam dan sama persis.
Karena itu, maka dibutuhkan kemauan dan kerelaan untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kemampuan berkorban dan kerelaan menerima kekurangan masing-masing hanya dapat terwujud jika dilandasi oleh cinta.
Karena cinta memang butuh pengorbanan untuk bisa menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita, dan cinta juga menuntut kerelaan menerima apa adanya orang yang dicintai, karena hanya dengan cara itulah dapat terwujud keintiman, romantisme dan passion sebagai bentuk aktualisasi rasa cinta.
Ketidakmampuan menerima perbedaan akan menimbulkan perselisihan dan meretakkan keintiman, sehingga menyebabkan perasaan romantis akan sirna.
Kebutuhan untuk mampu menerima apa adanya pasangan dalam sebuah perkawinan merupakan hal penting dilakukan karena sudah jadi kodrat manusia memiliki perbedaan dan keunikan satu sama lain.
Perbedaan itulah menjadikan manusia sangat paradoksal dan harus dipahami secara multidimensional. Manusia tidak dapat dipatok ke dalam satu definisi yang baku untuk diterima dengan baik oleh semua orang.