Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Vital Media Mainstream di Tengah Disrupsi Digital

10 Februari 2023   16:47 Diperbarui: 10 Februari 2023   17:01 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Kompas.Id

Media mainstream khususnya media cetak (surat kabar /koran) bagaikan berselancar di tengah gelombang arus kuat laju kencang perkembangan media digital, baik media online maupun media sosial (disrupsi digital).

Media konvensional ada yang tetap eksis karena mampu siasati perubahan perilaku konsumsi berita oleh pembaca, tetapi lebih banyak media bagaikan "hidup segan mati tak mau", dan sudah barang tentu banyak juga media itu mati suri dan berhenti terbit.

Fenomena ini seakan jadi pembenaran adagium yang berbunyi "perubahan terjadi lebih cepat dibandingkan kemampuan diri kita merubah diri kita sendiri".

Padahal perubahan itu terjadi berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil rekayasa manusia itu sendiri. Oleh karena itu kemajuan tersebut semestinya bisa disiasati oleh manusia lewat berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif, maupun dengan cara berpikir lateral.

Kemajuan teknologi, khususnya perkembagan pesat teknologi informasi tidak bisa dihindari, suatu realita yang seusai dengan tuntutan zaman, ruang dan waktu. Maka harus dihadapi serta disiasati dengan cara adaptif ataupun ditaklukkan lewat cara menemukan jalan alternatif.

Perkembangan media online, khususnya media sosial dewasa ini bukan hanya menyumbang hal yang baik-baik saja kepada masyarakat, tetapi tanpa disadari ternyata menimbulkan residu beredarnya berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Bukan hanya media sosial, media online juga kerap terjebak menyebarkan berita bohong (hoax), hanya mengejar berita sensasi,dan tidak edukatif, sehingga penghuni jagad raya dewasa ini disebut tengah hidup dalam dunia "post truth", paska kebenaran.

Celah ini merupakan ceruk peluang yang bisa dimanfaatkan media mainstream untuk memproduksi berita yang lebih berkualitas, bertanggung jawab, dan berdasarkan fakta dengan cara menghadirkan berita investigatif yang sangat hangat dan memberikan pencerahan yang disajikan kepada bagi pembaca lewat teknik penulisan feature.

Menyajikan berita berdasarkan fakta atau sesuai dengan kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan merupakan kebutuhan vital sebagai asupan bergizi bagi pembaca atau publik dewasa ini untuk membangun kerangka berpikir atau paradigma masyarakat ke arah lebih positif.

Mengkonsumsi berita bagi manusia bukan sekedar memperoleh berita atau informasi, tetapi secara inplisit mengkonsumsi berita merupakan proses pembelajaran atau edukasi memperluas wawasan dan pengetahuan umat manusia.

Proses konsumsi berita sebagai sumber pengetahuan terjadi dengan prinsif GIGO (Gerbage In Gerbage Out), artinya apa yang masuk atau diterima oleh otak manusia, maka produk yang dihasilkan oleh otak itu juga sesuai dengan nilai-nilai yang diterima atau asupan otak itu sendiri.

Jika berita yang sering diterima publik adalah berita bohong atau hal-hal yang negatif maka pikiran, ucapan dan tindakan orang tersebut juga akan berbentuk "negative thinking"serta tidak produktif.

Sebaliknya jika asupan otak manusia didominasi oleh hal-hal positif maka cara atau kerangka berpikir seseorang itu juga akan selalu positif dan produktif untuk kemajuan pribadi maupun untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.

Itulah secuil gambaran betapa pentingnya peran media massa menyajikan berita sebagai proses pembelajaran atau edukasi terhadap pembaca atau audiens.

Jika kualitas berita yang disajikan media massa buruk maka proses pembelajaran yang dilakukan masyarakat juga akan buruk, konsekuensinya juga akan menyebabkan kondisi masyarakat hidup dalam suasana sangat buruk, selalu berpikir negatif, tidak memiliki orientasi positif menjalani kehidupan karena selalu memandang sesuatu dari sisi negatif saja. Sehingga motivasinya juga negatif yang berkorelasi dengan tindakan yang buruk sehingga menyebabkan mereka hanya sebagai pecundang, bukan sebagai orang sukses dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara.

Ditengah fenomena  disrupsi digital yang menyebabkan media mainstream mengalami degradasi makna dan fungsi dibutuhkan kemampuan manajemen media, khususnya surat kabar, yang berorientasi kepada menjadikan media tersebut sebagai wahana atau alat pembelajaran bagi masyarakat.

Pembelajaran dalam hal ini bukan hanya menyajikan berita tentang suatu peristiwa yang menjadikan pembaca hanya belajar tentang sesuatu, tetapi media mainstream harus jadi sarana pembelajaran menjadikan manusia jadi manusia sesungguhnya, yaitu berpikir holistik dan multidimensional dengan melihat peristiwa berdasarkan fakta dan realita yang benar.

Kebenaran tidak bisa dimonopoli oleh kalangan tertentu, misalnya dengan menyebarkan berita bohong, tetapi kebenaran itu seluas ilmu pengetahuan yang tidak selamanya seluas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

Untuk menyempurnakan pengetahuan umat manusia lebih utuh, dan untuk membantu menambah kebenaran pengetahuan umat manusia dibutuhkan proses pembelajaran lewat media edukatif, hal itu dapat diperoleh dari media mainstream yang menyajikan berita aktual, berdasarkan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan.

Itulah ceruk yang tengah hilang ditengah maraknya media online dan media sosial dewasa ini yang dapat dijadikan media mainstream sebagai pangsa pasar potensial mendukung keberlangsungan hidup dan eksistensi media mainstream.

Dengan demikian media mainstream sebenarnya bukan ketinggalan zaman, tetapi tetap dibutuhkan sesuai dengan panggilan zaman, ruang dan waktu lewat pelaku media yang kreatif, inovatif dan adaptif.

Selamat Memperingati Hari Pers 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun