Media mainstream khususnya media cetak (surat kabar /koran) bagaikan berselancar di tengah gelombang arus kuat laju kencang perkembangan media digital, baik media online maupun media sosial (disrupsi digital).
Media konvensional ada yang tetap eksis karena mampu siasati perubahan perilaku konsumsi berita oleh pembaca, tetapi lebih banyak media bagaikan "hidup segan mati tak mau", dan sudah barang tentu banyak juga media itu mati suri dan berhenti terbit.
Fenomena ini seakan jadi pembenaran adagium yang berbunyi "perubahan terjadi lebih cepat dibandingkan kemampuan diri kita merubah diri kita sendiri".
Padahal perubahan itu terjadi berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil rekayasa manusia itu sendiri. Oleh karena itu kemajuan tersebut semestinya bisa disiasati oleh manusia lewat berpikir dan bertindak kreatif dan inovatif, maupun dengan cara berpikir lateral.
Kemajuan teknologi, khususnya perkembagan pesat teknologi informasi tidak bisa dihindari, suatu realita yang seusai dengan tuntutan zaman, ruang dan waktu. Maka harus dihadapi serta disiasati dengan cara adaptif ataupun ditaklukkan lewat cara menemukan jalan alternatif.
Perkembangan media online, khususnya media sosial dewasa ini bukan hanya menyumbang hal yang baik-baik saja kepada masyarakat, tetapi tanpa disadari ternyata menimbulkan residu beredarnya berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Bukan hanya media sosial, media online juga kerap terjebak menyebarkan berita bohong (hoax), hanya mengejar berita sensasi,dan tidak edukatif, sehingga penghuni jagad raya dewasa ini disebut tengah hidup dalam dunia "post truth", paska kebenaran.
Celah ini merupakan ceruk peluang yang bisa dimanfaatkan media mainstream untuk memproduksi berita yang lebih berkualitas, bertanggung jawab, dan berdasarkan fakta dengan cara menghadirkan berita investigatif yang sangat hangat dan memberikan pencerahan yang disajikan kepada bagi pembaca lewat teknik penulisan feature.
Menyajikan berita berdasarkan fakta atau sesuai dengan kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan merupakan kebutuhan vital sebagai asupan bergizi bagi pembaca atau publik dewasa ini untuk membangun kerangka berpikir atau paradigma masyarakat ke arah lebih positif.
Mengkonsumsi berita bagi manusia bukan sekedar memperoleh berita atau informasi, tetapi secara inplisit mengkonsumsi berita merupakan proses pembelajaran atau edukasi memperluas wawasan dan pengetahuan umat manusia.