Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelaah Kerinduan Berempati Manusia Modern

7 Januari 2023   22:31 Diperbarui: 7 Januari 2023   23:47 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tepian Danau Toba, Pangururan Pulau Samosir. Dokumen Pribadi.

Bahkan untuk mengusir rasa jenuh atau letih manusia modern cukup mengandalkan smartphone sebagai sarana menikmati hiburan, bahkan untuk melakukan ritual religiusitas juga banyak dilakukan lewat smartphone.

Kecenderungan memilih hidup menyendiri dengan asik sendiri dengan smartphone ini menjadikan kehidupan umat manusia semakin individualis dan kurang berinteraksi sosial.

Padahal pada hakikatnya manusia tercipta memiliki ketergantungan erat satu sama lain dengan sesama manusia, dan pada esensinya manusia memiliki kemampuan emosional untuk saling membutuhkan, memperhatikan, memberi dan mencintai lewat kemampuan berempati.

Kemampuan berempati adalah sebuah sikap memproyeksikan diri ke diri orang lain untuk memahami apa yang sedang dirasakan dan diinginkan oleh orang lain, sehingga kemudian mampu memberikan sesuatu dengan tepat sesuai keinginan maupun harapan orang lain sebagai manifestasi kepedulian sempurna.

Manusia pada hakekatnya tercipta dengan keunikan masing-masing, tidak ada manusia yang sama persis baik secara fisiologis dan psikologis, tetapi perbedaan itu bukan berarti menjadikan manusia berbeda salam semua hal, dan tidak menjadikan manusia tidak bisa bersatu dan saling membutuhkan.

Dengan memiliki kecerdasan emosional disamping kecerdasan intelegensi manusia memiliki kemampuan berempati, yaitu kemampuan memahami perasaan orang lain dan memenuhi keinginan orang lain sebagai salah satu bentuk interaksi sosial paripurna.

Dengan interaksi sosial berempati setiap individu mampu mengikat hubungan erat dengan sesamanya, dan membina hubungan personal saling membutuhkan dan memenuhi.

Proses saling membutuhkan dan memenuhi itu dapat dilakukan lewat tindakan solidaritas dan subsidiaritas, yaitu turut merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain sebagai bentuk solidaritas, kemudian rela membantu orang lain sebagai bentuk subsidiaritas.

Sikap Solidaritas dan Subsidiaritas ini hanya dapat terwujud apabila seseorang itu memiliki rasa empati, yaitu keterampilan memahami persis apa yang sedang dirasakan, dialami dan diharapkan orang lain.

Dalam memberi perhatian terhadap orang lain ini salah satu syarat utama yang mesti dilakukan adalah kesiapan diri untuk berkorban mengenyampingkan rasa egoisme atau egosentris demi memberi sesuatu yang berharga kepada orang lain.

Itulah ujian terberat untuk menunjukkan kerelaan berkorban oleh diri sendiri untuk aktualisasi dan realisasi rasa cinta kepada sesama umat manusia. Tanpa kemauan mengabaikan rasa egois untuk membina rasa kebersamaan maka akan sulit terwujud sikap solidaritas dan subsidiaritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun