Natal itu Universal, di rayakan umat kristiani tanpa mempertimbangkan latar belakang ekonomi kaya atau miskin, pengurus gereja atau umat biasa, bahkan terbuka luas kesempatan bagi orang yang selama ini tidak pernah ikut kebaktian di gereja untuk turut merayakan hari raya natal sebagai momentum refleksi kelahiran juru selamat umat manusia.
EssensinyaNamun adakalanya arti penting refleksi makna natal dikalahkan oleh sikap mementingkan arti "Uang Natal", atau istilah lajimya THR (Tunjangan Hari Raya).
Sudah bagaikan kebiasaan buruk yang terpelihara dengan baik,tanpa memperoleh pemberian uang natal dari seseoramg, terutama dari majikan tempat bekerja, menjadi alat serangan balik mendeskreditkan seseorang itu tidak memiliki sense of natal.
Padahal orang yang berharap memperoleh uang natal itu sebenarnya tidak memiliki niat luhur untuk merayakan natal sebagai sarana memperbaharui kepercayaannya terhadap arti sesungguhnya kelahiran Yesus Kristus.Â
Perayaan natal baginya tak ubahnya bagai rutinitas belaka sesuai kalender liturgi gereja. Ironisnya, natal hanya dijadikan sebagai sarana hari raya yang identik dengan acara "glamour", sesuai dengan KBI glamour berarti "perihal yang serba gemerlapan".
Merayakan natal tanpa kegemerlapan dianggap tidak "afdol", tidak meriah, natal dianggap sepi tanpa kesan menarik.
Hal ini mengingatkanku terhadap pengalaman suatu ketika diminta uang natal oleh seseorang yang sepengetahuanku memiliki profesi sebagai orang brandalan di pusat pasar dekat kantor. Dia sangat ngotot agar diberikan uang natal oleh perusahaan, dan mengatakan bahwa perusahaan berkewajiban memberikan uang natal sebagai bentuk bantuan kemanusiaan.
Jika tidak diberikan, maka mereka tidak akan menjamin kenyamanan lingkungan kantor perusahaan yang berada di wilayah kekuasaan mereka.
Melihat tingkah laku preman pusat pasar yang ngotot harus memperoleh uang natal, mengundang pertanyaan dalam diri sendiri betapa begitu rendahnya arti natal dalam pandangan mereka, dan menjadikanku untuk merenung siapa sesungguhnya yang salah dalam hal ini, apakah mereka yang tidak sanggup merenung memaknai arti sesungguhnya natal, atau perayaan natal itu sendiri sudah bergeser makna ke arah perayaan yang harus dilaksankan dengan prinsif serba gembira atas nama materi sebagai bentuk universilitas natal itu sendiri.
Fenomena ini bahan permenungan menarik dilakukan di setiap tiba masa perayaan natal untuk menghindari degradasi makna natal.Â
Dalam setiap perayaan natal, khususnya di acara puncak malam natal, tidak jarang kita melihat pemandangan penampilan umat bagaikan acara "fashion show", mempertontonkan penampilan paling modis, pakaian serba baru dan branded, make up super berlebihan, bahkan ada kaum wanita mengenakan pakaian sexy bagaikan mau ikut acara dansa di club malam.
Perayaan natal mereka jadikan ajang pamer kelebihan diri demi keinginan pribadi memperoleh pengakuan sosial, tanpa disadari justru mengundang timbulnya kecemburuan sosial.
Hal itu merupakan renungan menarik ditengah perayaan Natal tahun 2022 dimana Thema Natal tahun ini menurut KWI - PGI adalah "Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain".
Thema ini dikutip dari injil Matius 2 : 12 mengisahkan Orang Majus datang dari Timur mengunjungi Yesus yang lahir di palungan kandang domba, setelah mereka melihat bintang sebagai pertanda.Â
Orang Majus identik dengan orang bijak yang berpengetahuan karena mereka ahli astronomi, ilmu palak, dan mampu menafsirkan arti mimpi.
Awalnya mereka berkunjung ke Istana Herodes penguasa saat itu karena mengira bayi yang akan lahir itu berada di Istana. Mendengar itu Raja Herodes kemudian menyuruh Orang Majus mencari dimana tempat sesungguhnya lahir bayi itu, kemudian mengatakan jika menemukan agar melaporkan kepada Raja Herodes.
Namun setelah menemukan tempat lahir Yesus di Bethlehem, Orang Majus pulang ke kampungnya memilih jalan lain menghindar bertemu kembali Raja Herodes yang sesungguhnya ingin membunuh bayi yang baru lahir itu karena dianggap sebagai bakal Raja baru lahir saingannya.
Pilihan thema "Memilih Jalan Lain" menarik dan tepat di tengah atmosfir kehidupan saat ini yang tidak baik-baik saja.
Meminjam istilah Anthony Giddens, kini kita tengah hidup dalam kondisi "manufactured uncertainty", masa diliputi ketidakpastian. Kondisi yang bukan ditimbulkan oleh alam, tetapi ditimbulkan oleh manusia itu sendiri berkat teknologi yang diciftakannya.
Berdasarkan analisa dan prediksi ekonom, perekonomian dunia tahun mendatang penuh tantangan, ada ancaman resesi dunia, baik karena faktor efek pendemi Corona yang melanda dunia, maupun karena berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina.
Perang ancaman mengkuatirkan bagi umat manusia di belahan dunia mana pun. Berkat kemajuan ilmu  pengetahuan dan teknologi manusia mampu menciftakan senjata pemusnah penghancur manusia itu sendiri.
Seandainya ada orang gila meluncurkan bom atom dahsyat itu, diperkirakan sebagian besar manusia di dunia ini akan musnah.
Demikian juga perekonomian maju dan modern berkat teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi bisa saja suatu ketika perekonomian suatu negara hancur tanpa bisa diantsipasi oleh manusia itu sendiri.Â
Manusia sudah menciftakan perangkat canggih untuk kemajuan ekonomi namun ada saat tertentu perekonomian ambruk, resesi atau defresi tanpa disadari apa penyebabnya.
Kita kini tengah hidup di tengah ketidak pastian.
Perayaan Natal tahun 2022, sesuai dengan thema natal kali ini kiranya jadi momentum yang tepat sebagai proses permenungan dan refleksi untuk mengajak umat kristiani mampu mencari jalan lain, jalan alternatif, mensiasati tantangan hidup yang diperkirakan akan lebih sulit dan berat, atau berpikir berbeda (Out of Box) sebagai jalan pilihan.
Berpikir alternatif, tidak seperti sebelumnya tetapi miliki pemikiran terbarukan sebagai manusia kreatif dan inovatif menghadapi tantangan hidup. Agar tidak terjerumus ke dalam lubang yang sama berkali-kali.
Mencari jalan lain, atau mencari jalan terbaik sebagai alternatif identik dengan kemauan untuk melakukan pergeseran cara berpikir, kerangka berpikir atau "mindset change". Â
Karena hanya melalui pergeseran cara berpikir terjadi perubahan sikap dan tindakan, dan perubahan tindakan melahirkan perubahan nasib atau situasi kehidupan lebih baik dibandingkan masa sebelumnya.
Perubahan kerangka berpikir bukan merupakan pekerjaan mudah dilakukan, tidak semudah mengucapkan, karena berkaitan dengan kebiasaan dan zona nyaman (comfort zone).Â
Setiap terjadi pergeseran atau perubahan kerangka berpikir akan menimbulkan gangguan atau ketidaknyamanan  bagi seseorang, karena merasa terganggu rasa nyamannya. Kenyamanan itu identik dengan prinsif yang dianut, kebenaran yang dianggap tidak terbantahkan oleh seseorang.
Sehingga adakalanya pergeseran kerangka berpikir hanya terjadi karena pengalaman traumatis, tidak ingin mengulang pengalaman buruk yang menyakitkan. Namun apakah harus menunggu terjadi pengalaman buruk menimpa seseorang supaya melakukan perubahan ? Bukankah pengalaman buruk itu menyakitkan dan tidak diinginkan dan tidak dapat diprediksi kapan terjadi !!!
Oleh karena itu sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan dibutuhkan kemampuan umat manusia melakukan perubahan kerangka berpikir lewat "METANOIA".Â
Hal itu dapat dilakukan dalam momentum Natal 2022 yang memilih thema "Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain". Sehingga Natal kali ini benar-benar sebagai ajang refleksi untuk memperbaharui jalan hidup umat kristiani.
Metanoia adalah sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berarti perubahan pola pikir, akal budi, hati dan cara hidup. Perubahan yang dimaksud dalam metanoia adalah perubahan ke arah yang lebih baik.Â
Seperti kita ketahui, selama hidup manusia tidak bisa luput dari gelombang perubahan. Kendali arah perubahan itu ada di tangan manusia itu sendiri, apakah mengarah ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya.
Metanoia juga sering dipahami sebagai kesiapsediaan mengubah cara pandang yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, termasuk cara pandang kita tentang Allah, sesama, alam semesta.Â
Melakukan metanoia berarti berani melepaskan pandangan lama yang tidak sesuai dengan iman Kristiani dan menggantinya dengan kaca mata iman yang semestinya.
Metanoia juga bisa terkait niat dalam melakukan "serangkain pertobatan", seperti pengakuan dosa, berpuasa, melakukan silih atau penitensi.Â
Memilih jalan lain inti pesan perayaan Natal 2022 pada essensinya mengarahkan umat kristiani untuk melakukan pertobatan radikal, menggeser cara hidup lama melalui perubahan kerangka berpikir (paradigma) sebagai kanal meraih nuansa kehisupan yang lebih baik sesuai dengan kehendak Allah.
Perayaan Natal diharapkan sebagai momentum permenungan atau refleksi pembaharuan hidup, natal bukan melulu dilakukan dengan acara wah atau glamour yang identik dengan perilaku konsumtif menjadikan uang sebagai ukuran (THR).
SELAMAT MERAYAKAN "MALAM NATAL".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H