Ambush Marketing memang identik dengan cara dan strategi marketing nyeleneh, gaya pemasaran lain dari yang dilakukan pihak lain.Â
Ambush Marketing juga bisa menjadi ajang perusahaan menyerang kompetitornya, karena dapat mengaburkan fakta bahwa kompetitor mereka adalah sponsor resmi dari even tersebut.
Terdapat beberapa kasus di mana konsumen pada akhirnya lupa siapa sponsor utamanya dan malah memilih produk pihak yang melakukan ambush marketing.
Boleh jadi hal itu pun bisa menimpa Anies Baswedan dibalik pencalonan dirinya oleh Partai Nasdem. Kemenangan Anies Baswedan memang jadi tujuan utama mereka bersama tetapi sasaran antara bagi Partai Nasdem yang terpenting meningkatkan popularitas dan elektabilitas partai Nasdem.
Jajak pendapat Litbang Kompas juga menunjukkan pemilih Anies Baswedan didominasi oleh pemilih Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anies Baswedan dipilih oleh 19,8 persen responden pemilih Partai Demokrat.
Pemilih PKS yang memilih Anies Baswedan sebesar 20,7 persen. Sedangkan responden pemilih Nasdem hanya sebesar 4 persen memilih Anies Baswedan.
Hasil survey itu menunjukan sinyal positif terkait kedekatan Anies Baswedan dengan pemilih Partai Demokrat dan PKS.Â
Pencapresan Anies Baswedan oleh Partai Nasdem membawa keuntungan karena bisa menarik basis pemilih dua parpol lain, dan merupakan insentif bagi Partai Nasdem.
Menurut survey yang sama, Ganjar Pranowo justru dipilih oleh 26,9 persen responden pemilih Partai Nasdem, sedangkan Prabowo Subianto dipilih responden pemilih Partai Nasdem sebesar 17,3 persen.
Jika Koalisi Nasdem, Demokrat dan PKS terwujud, pencalonan Anies Baswedan yang di pelopori Partai Nasdem dan berhasil meningkatkan keterkaitan Nasdem sebagai penggagas dan The King Maker.
Maka akan menaikkan popularitas Partai Nasdem yang boleh jadi menggerogoti pangsa pemilih Partai Demokrat dan PKS. Itulah efek negatif ambush marketing yang perlu diantsipasi.