Mohon tunggu...
Daud Ginting
Daud Ginting Mohon Tunggu... Freelancer - Wiraswasta

"Menyelusuri ruang-ruang keheningan mencari makna untuk merangkai kata-kata dalam atmosfir berpikir merdeka !!!"

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres 2024 Pertarungan Hidup Mati "Bohir"

10 Desember 2022   10:20 Diperbarui: 23 Desember 2022   23:13 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pigur yang akan bertarung dalam Kontestasi Pilpres 2024 belum jelas, karena secara kontitusional belum ada pasangan calon resmi. Tetapi nuansa persaingan sengit sudah mewarnai atmosfir kehidupan dan ruang publik.

Pilpres 2024 kali ini jadi ajang "pertarungan hidup mati" bagi sebagaian kalangan elit politik, karena menyangkut kelangsungan perjalanan nasib politik, ekonomi dan kepentingan terselubung (hidden agenda) pihak tertentu.

Presiden Jokowi sebagai patahana tidak turut bertarung lagi, ini periode terakhir, sehingga Pilpres 2024 jadi arena pertempuran merebut kekuasaan, dan jalan meniti akses maupun kanal ke lingkaran pusat pemerintahan.

Pihak yang selama ini telah menikmati gurih-nya rasa sebagai bagian dalam lingkaran kekuasaan akan mencari cantolan baru mendukung pigur capres yang dianggap bisa menjamin kelangsungan kepentingannya.

Sebaliknya pihak yang selama ini sebagai "Oposisi", maupun kelompok di luar lingkaran kekuasaan, atau yang merasa tidak terakomodir keinginannya akan menjadikan Pilpres 2024 sebagai ajang pertempuran sengit dan momentum penentuan hidup atau mati. Maka boleh jadi akan memilih lewat jalan menghalalkan segala cara karena menyangkut kontinuitas kepentingan dan pengaruh politik.

Ironisnya, ada juga pihak yang selama ini merupakan bagian dari lingkaran kekuasaan Presi SERING den Jokowi memilih jalan sendiri lewat sikap berseberangan dengan lingkaran kekuasaan (koalisi). Dengan harapan akan jadi "The King Maker", dan jadi pusat pusaran kekuasaan di masa mendatang. Oleh karena itu sejak dini hari tampil pertama ke depan menjadi pusat perhatian dan sebagai tokoh yang harus diperhitungkan untuk bargaining positition, sebagai jalan mencapai bargaining power.

Bauran kepentingan berbeda ini akan jadi motor penggerak sengitnya kontestasi pemilihan presiden 2024 sehingga sangat "Fragile", gampang pecah, menyulut instabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karena itu harus "handle with care".

KELOMPOK KEPENTINGAN

Kelompok kepentingan lajim diartikan sebagai "sejumlah orang yang memiliki kesamaan tujuan", mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan mempengaruhi keputusan politik agar sesuai dengan kepentingan kelompoknya.

Kelompok kepentingan bertujuan mewakili kepentingan-kepentingan anggotanya. Kekuatan kelompok kepentingan ada pada status keanggotaan terorganisir, sumber daya manusia, dana dan jaringan.

Kelompok kepentingan memiliki kemampuan sebagai penentu, atau mempengaruhi agenda penggalangan isu, penyebar gagasan dan mendesak pemerintah

Namun, adakalanya anggota kelompok kepentingan memiliki ambisi pribadi, kepentingan sempit dan hidden agenda.

Lajimnya dalam ranah politik kelompok kepentingan berbentuk Kelompok Institusional, Kelompok Anomik,Kelompok Asosiasional, Kelompok Non-Asosasional,

Kelompok Institusional merupakan lembaga formal memiliki struktur, visi, misi, tugas yang jelas dan berfungsi sebagai artikulator kepentingan kelompok. Dalam system demokrasi dalam hal ini merupakan fungsi partai politik, dan dalam kehidupan masyarakat berbentuk Ormas (organisasi masyarakat).

Kelompok Anomik adalah kelompok dalam masyarakat yang terbentuk secara spontan dan seketika dari unsur-unsur dalam masyarakat. Kelompok ini tidak memiliki nilai dan norma yang mengatur, contohnya relawan.

Kelompok Asosiasional merupakan kelompok masyarakat yang memiliki struktur organisasi yang baik dan berfungsi mengartikulasikan kepentingan anggotanya dan umumnya memiliki legalitas sesuai undang-undang seperti organisasi profesi, keagamaan, komunitas bisnis dan organisasi mahasiswa.

Kelompok Non-asosiasional masuk kategori kelompok masyarakat awam yang tidak terorganisir dengan baik sehingga tidak rapi, dan bersifat temporer.

Kelompok kepentingan memiliki kedudukan penting dalam kehidupan berdemokrasi karena berfungsi sebagai agen perubahan dan artikulator harapan masyarakat.

Namun, dalam kelompok kepentingan itu adakalanya muncul kepentingan sempit orang atau kelompok tertentu, misalnya ada kepentingan "Oligarki".

Oligarki berasal dari Bahasa Yunani Oligarkia, terdiri dari dua kosa kata Oligon dan Arkho.  Oligon berarti sedikit, sedangkan Arkho berarti memerintah, sehingga Oligarki didefenisikan bermakna pemerintahan dipegang oleh kelompok elit kecil berdasarkan pengelompokan kekayaan, keluarga atau militer.

Jeffrey A Winter, ilmuwan politik AS dari Universitas Northwestern, mendefenisikan oligarki sebagai pelaku yang menguasai dan mengendalikan sumber daya material yang bisa digunakan mempertahankan atau meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi eksklusifnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kelompok kepentingan tidak dapat dipungkiri akan selalu melekat dalam kontestasi pemilihan presiden untuk menyalurkan aspirasi masyarakat atau kelompok, karena pemilihan umum identik dengan perebutan kekuasaan. Dan hanya lewat kekuasaan aspirasi atau kepentingan dapat direalisasikan.

Tetapi menjadi masalah krusial dan perlu dieliminir adalah kepentingan sempit atau kepentingan pribadi segelintir orang elit politik yang sekedar melampiaskan "Syahwat" pribadi seperti kepentingan bisnis belaka.

Fenomena ini terlihat secara kasat mata tengah menghampiri atmosfir pemilihan presiden 2024. Salah satu kelompok ini adalah pelaku bisnis migas yang identik dengan pemburu rente (rent seeker), dan sering juga disebut sebagai "Mafia Migas".

Petral sudah dibubarkan Presiden Jokowi, tetapi nafsu dan zona nyaman para pemburu rente masih ada. Mereka terusik karena pembubaran Petral (Pertamina Energy Trading Limited) yang selama ini merupakan lumbung uang masuk murah meriah memberi keuntungan besar bagi segelintir pengusaha pragmatis yang berlindung dibawah ketiak penguasa.

Mereka sadar bahwa kekuasaan memiliki peranan penting mengeluarkan kebijakan mengamankan kepentingan bisnis, oleh karena itu kekuasaan harus direbut lewat pemilihan presiden.

Mafia Migas siap jadi "Bohir".  Bohir adalah pemilik modal atau pemilik proyek. Istilah ini berasal dari bahasa Belanda yakni Bouwheer. 

Dengan kepemilikan modal yang sangat besar dari hasil bisnis yang dilindungi pemerintah sebelumnya, para bohir ini akan mendukung pigur calon presiden yang dianggap akan memberikan keuntungan bagi mereka dengan prinsif "Simbiosis mutualisme".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun