Pertemuan Jokowi dengan relawan di GBK tak ubahnya bagaikan panggung menunjukkan eksistensi dan kekuatan (show force) para relawan ke elite politik sebagai sinyal bahwa mereka memiliki kekuatan.
Tidak jelas siapa sebenarnya yang mempelopori ajang ini, apakah murni muncul dari keinginan relawan, atau sebaliknya merupakan manuver orang terdekat Jokowi (Ring Satu).
Jadi petunjuk adanya pengaruh orang yang bearada di sekitar Jokowi adalah munculnya salah seorang staf khusus milineal Istana dalam hajatan itu, bahkan berdiri di samping Jokowi saat berada di pentas.
Belum jelasnya siapa sesungguhnya pioner hajatan ini menimbulkan tanda tanya besar apa sesungguhnya "Hidden Agenda" yang melekat dalam kegiatan ini.
Kecil kemungkinan acara ini inisiatif Presiden Joko Widodo untuk kepentingan dirinya sendiri.
Oleh karena itu kegiatan ini diprediksi merupakan ide dan diekseksi oleh para relawan yang memiliki agenda terselubung tersendiri.
Mempergunakan kacamata awam acara ini bisa saja dianggap hanya sebagai hal wajar, dan dianggap tak ubahnya bagaikan forum silaturahmi atau ajang kangen-kangenan belaka.
Namun karena acara yang persis sama,yaitu pertemuan antara relawan dengan Jokowi bukan ini pertama, dan sudah berulangkali dilakukan di kesempatan sebelumnya. Maka timbul tanda tanya, semua pertemuan itu bukan merupakan hal yang biasa saja.
Sering dilakukan dengan isi agenda yang sama, yakni pertemuan relawan dengan Jokowi dengan menyelipkan pembicaraan tentang pigur calon presiden.
Tidak dapat dipungkiri, munculnya pembicaraan tentang calon presiden yang dianggap cocok, seperti pertemuan di GBK dimana Presiden Jokowi menyampaikan kriteria capres yang cocok "Berambut Putih dan Kerutan di Wajah" tidak bisa dipungkiri bahwa ajang tersebut penuh muatan politis.
Itulah akar masalah menimbulkan riuhnya perdebatan di ruang publik maupun di kalangan elite politik. Tak ayal dalam pandangan mata publik, Presside  Jokowi kini tengah bermanuver bersama dengan kaum relawan Jokowi.
Jadi wajar muncul pertanyaan "Apa gerangan yang dicari Presiden Jokowi dan Relawan Jokowi ?
Jika hanya ingin mengulang kesuksesan mereka sebelumnya sebagai basis massa potensial memenangkan calon presiden, bukan kah belum tiba saatnya ? Dan jalan masih panjang untuk dilalui.
Oleh karena itu, kegiatan demi kegiatan yang dilakukan para relawan Jokowi  tak ubahnya bagaikan show force dan memunckan bargaining position ke permukaan.
Jika itu memang agenda terselubung yang ada di balik kegiatan para relawan Jokowi maka tindakan itu merupakan sebuah langkah politis dan taktis yang bertujuan mempertahankan eksistensi mereka di gelanggang politik, dan untuk merawat kesinambungan kepentingan mereka yang telah menikmati manfaat berharga berada di sekitar kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Kalau memang itu hidden agenda para relawan Jokowi, maka tidak dapat dipungkiri, mereka kini telah menjerumuskan diri tak ubahnya sebagai kekuatan politik, dan bukan murni lagi sebagai relawan.
Secara konstitusional, Partai Politik merupakan institusi yang berhak mengusung dan mendukung caon presiden yang akan bertarung dalam kontestasi pemilihan presiden.Â
Partai politik sendiri belum begitu aktif dalam proses pencalonan dan mendukung capres karena memang belum tiba waktunya. Lalu kenapa para relawan Jokowi bagaikan orang yang takut ketinggalan kapal ?
Apakah para relawan ini kuatir eksistensi mereka akan luntur dan diabaikan nantinya sehingga mencari jalan dengan cara mengupayakan tetap bernaung dibalik nama Jokowi sehingga selalu berupaya menarik-narik Presiden Jokowi untuk terjun ke gelanggang memperlihatkan kedekatan hubungan Presiden Jokowi dengan relawan Jokowi.
Presiden Jokowi dalam hal ini dijadikan magnet dan pigur yang diharapkan terus memiliki power dan keterlibatan menentukan bakal calon presiden yang ikut bertarung nantinya, dan dimenangkan kembali sebagai jalan meneruskan kesinambungan kepentingan para relawan Jokowi.
Hal itu sah-sah saja dilakukan siapa saja dalam iklim demokrasi, namun tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu sudah merupakan langkah taktis politis.Â
Apakah relawan yang identik dengam sebutan sebagai komunitas yang murni berjuang secara suka rela sekarang sudah beralih jadi kekuatan politik yang mampu mempengaruhi Presiden Joko Widodo?
Presiden Joko Widodo memang wajar memiliki keinginan untuk terjaminnya kelangsungan program kerja maupun visis missinya di kepemimpinan presiden yang akan datang.
Dan wajar jika hal itu ingin ada kepastian diperoleh Presiden Joko Widodo, tetapi sewajarnya juga jika hal itu dilakukan lewat institusi yang sah dan memiliki otoritas untuk mengeksekusinya.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah lewat partai politik yang memiliki kemampuan mengusung calon presiden di pilpres 2024, oleh karena itu sepak terjang para relawan Jokowi jangan sampai jadi batu sanjungan. Relawan Jokowi juga jangan terjebak dalam tindakan yang seakan membenturkan Presiden Jokowi dengan partai politik.
Sampai hari ini tidak bisa dioungkiri partai politik merupakan institusi yang paling berhak mengusulkan dan mengusung pasangan capres dan wapres.
Partai politik juga memiliki idiologi perjuangan dan visi missi yang harus dieksekusi maka Presiden Jokowi harus mampu bersinergi dengan partai politik jika ingin meninggalkan "Legacy" dan apa yang telah dilakukannya selama ini dapat berkesinambungan demi catatatan sejarah yang ditulis dengan tinta emas dikemudian hari.
Relawan dalam konteks turut mendukung legacy yang indah ditinggalkan Presdien Jokowi harus mampu memilih jalan terbaik memposisikan Jokowi sebagai Presiden yang seakan hanya milik para relawan. Dan relawan juga jangan sampai terjebak dalam peng-kultusan pigur Presiden Jokowi.
Kemenangan Jokowi sebagai Presiden dua periode bukan hanya kerja-kerja para relawan tetapi banyak eksponen yang terlibat dalam pemenangan, sudah barang tentu partai politik juga memiliki andil besar dalam kemenangan Jokowi sebagai Presiden.
Partai politik pengusung Joko Widodo juha selama ini tidak mengklaim sebagai pihak yang paling berjasa memenangkan Jokowi, dan secara kasat mata dapat kita lihat setelah Jokowi terpilih jadi Presiden justru Jokowi diberi peluang luas untuk mengakomodir semua kekuatan politik yang dianggap bisa masuk ke lingkaran kekuasaan Jokowi.
Bahkan partai politik dan padangan caores yang sebelumnya tidak mendukung dan bahkan sebagai kompetitor dalam ajang pilpres diajak ikut ke dalam kabinet Presiden Jokowi.
Itu semua sebagai indikator bahwa setelah terpilih jadi presiden, Jokowi merupakan presidennya semua rakyat Indonesia dan bukan hanya presidennya partai politik tertentu.
Relawan Jokowi dalam merespon perhelatan pilpres 2024 semestinya mampu memposisikan dirinya pada tempat yang tepat agar tidak nampak relawan itu bersikap oportunis dan mengutamakan kepentingannya untuk tetap eksis di lingkaran kekuasaan.
Biarkan waktu yang menunjukkan bahwa para pimpinan relawan layak memperoleh apresiasi dan diberikan penghargaan sesuai dengan kemampuannya, bukan dengan cara memaksakan keberadaannya dan selalu berlindung dibawah nama besar Presiden Jokowi.
Elite relawan juga jangan hanya memanfaatkan nama bedar Jokowi sebagai alat memperjuangkan kepentingan sempit apalagi kepentingan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H